![]() |
brosure. Ist |
Kegiatan kali ini, yang bertanggungjawab menyiapkan
pemateri, materi serta tempat oleh Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Deiyai kota studi Yogyakarta-Solo (Ipmade Joglo)
yang diikuti oleh seluruh mahasiswa dan pelajar yang tergabung dalam
Ipmanapandode Joglo serta partisipan lainnya.
Ketua Ipmade Joglo, Fabianus Pigome dan jajarannya, dalam
diskusi kali ini menyiapkan materi tentang Pembangunan desa dan penggunaan dana
Desa dengan tujuan menjawab pembangunan ke arah yang lebih baik. Materi ini dibawakan oleh Moses Douw yang juga sebagai
mahasiswa yang sedang menempu pendidikan di STPD/APMD Yogyakrata.
Moses percaya diri menjelaskan kepada seluruh peserta
tentang pembangunan desa serta teknik-teknik dalam pengelolahan dan desa secara
baik. Tentunya, materi ini berkaitan dengan studi fokus yang sedang ia pelajari
di kampusnya. Sehingga ia mampu memberikan pencerahan kepada peserta diskusi
dan seminar yang hadir pada dalam kesempatan kali ini.
Hal yang paling utama dalam menjawab pembangunan suatu desa
berada pada Sumber Daya Manusia yang mapan yang
mampu mengelola dana desa serta partisipasi seluruh lapisan masyarakat untuk
ikut serta dalam pengambilan keputusan.
Dalam mengelola dana desa perlu dperhatikan beberapa hal,
diantaranya PERENCANAAN: Ia mampu untuk
merencanakan sebuah program; PELAKSANAAN : Melaksanakan semua program yang
telah dirancang; PENGGANGARAN: Mengalokasi dana tersebut dalam menjalankan
progaranm kerja; PENGAWASAN: Mengawasi terlaksan dan tidak terlaksananya sebua
program; PENATA: Menata kembali semua yang tela dilaksanan sebagai tolak ukur tercapainya pemnangunan; EVALUASI: untuk mengukur
kesuksesan yang telah dicapai ataupun yang perlu dibenahi.
“Banyak kepala desa di indonesia itu digunakan hanya
untuk berupoya-poya. Hal ini juga
disampaikan oleh presiden. Untuk itu, dana desa harus bisa digunakan semesteinya.
Pada sasaran. Bahkan saat ini, uang desa digunakan sebagai uang gelap,” ujar
Moses.
Program prioritas dampak dana desa terhadap kemandirian desa seharusnya,
kinerja penyaluran dan peyerapan harus
diutamakan pada pembangunan, pembinaan serta pemberidayaan. Sehingga bagi
kepala desa serat aparatir desa wajib menjawab ketiga program tersesut.
“Sehingga perlu adanya pelatihan mengenai proses
pengelolahan dana desa kepada seluruh kepala desa serta masyarat di Papua,”
ujarnya.
Kita sebagai maasiswa perlu mempelari hal ini, karena setelah dari
sini, kita akan kembali bergabung bersama lingkungan yang diorganisir oleh
desa. Kita bersasl dari desa dan akan kembali ke desa. Perubahan menuju erah
yang baik dan tidak tergantung ditangan kita, menjadi agen perubahan bagi
masyarakat.
Moses lebih lanjut menjelasakan tentang penggunaan dana desa di
Papua. Dikatakan bahw dana desa di Papua uang dana tersebut
dikembalikan ke Pusat, dikarenakan rata-rata memiliki krisis sumber daya
manusia dalam mengelola serta menyusun program atas dana desa tersebut. Hal ini
di karena tidak adanya program yang disipakan secara mapan.
Dari data sementara, dana desa terserap dengan baik dan
masih tersisa anggaran pada RKUD yaitu
kabupaten Jayapura dengan sisa anggaran Pp 42 Miliyar lebih; Biak Numfor, Rp
468 Juta, Jayawijaya, 4 Juta, Nabire Rp 23 Milyar, Puncak Jaya, RP 94 Milyar,
Mimika Rp 43 Milyar, Sarmi Rp 28 Milyar,
Krom Rp 30 Milyar, pembangunan Bintang, Rp 84 Milyar, Mamberamo Raya Rp 249 Juta,
Waropen 32 Milyar, Dogiyai, Rp 30 Milyar, Yalimo Rp 29 Milyar, Nduga Rp 77 Milyar,
Pucak Rp 67 Milyar, Intan Jaya, 34 milyar, Deiyai Rp 32 Milyar dan Kota
Jayapura, Rp 6 Milyar.
“Yang sebetulnya proses dana desa di Papua harus melalui
perencanaan, penggaran, pelaksanaan, pertamggungjawaban, pengawasan. Hal-hal
ini sangat minim dipraktekan di desa-desa di Papua sehingga banyak dana yang
kembalikan ke Pusat,” katanya.
Masalah-masalah
- Dana desa dijadikan sebegai bisnis keluarga, artinya tidak mengelola dana desa tersebut sesuai dengan prosesdur yang sebenarnya
- Kurangnya pengetahuan terait cara mengelola dana desa dan pemanfaatannya
- Kurangnya kesiapan dalam hal menyiapkan program-progaram sehingga dan desa yang ada rata-rata di kembalikan ke Pusat.
- Kurang pengetahuan tentang tugas dan wewenang bagi kepala desa serta apatur desa
- Kurangnya pemberdayaan sehingga dana yang begitu besar itu tidak dimanfaatkan oleh desa-desa di Papua.
- Perlu adanya pendidikan khusus bagi aparatur negara
- Pemberdayaanmasyarakat Papua tidak memadai, sehingga banyak dana yang dikembalikan, sementara kesejateraan masyarakat tidak terjawab dan menimbulkan ketimpangan masalah sosial
- Milyaran rupiah harus kembalikan ke pusat karena tidak mampu menyusung program.
- Di Papau, tidak sesmuai dengan pemimntaan masyarakat, semua program dibuat oleh pemerintah daerah. Yang seharusnya disusun oleh masyarakat dan kepala desa itu sendiri.
Bantuan yang diberikan setiap desa di Papua seharusnya diberikan sebesar dana 1 Milyar dengan alasan kurangnya program. Dana dan dan desa, UU 6/2016 desa menjadi tempat pengaym masyarakat dan wujud persatuan.
Membuka isolasi pembagunan wilayah agar desa boleh berjalan dengan baik. Dana terbesar disalyrkan ke desa hanya di negara Indonesia, tetapi kenyatan saat ini , khusus di Papua tidak ada kejelasan terlaksananya pembangunan, ada pun dari tahun ke tahun sama saja.
Pastisipasi masyarakat desa, dalam pelaksanaan pembanguna serta pemanfaatan dana desa sangat perlu dalam keterlibataannya. Akan tetapi sejauh ini, semua program dikerjakan hanya oleh Desa dan instansi terkait dari pemerintah tanpa melibatkan masyarakat.
Setelah penyampaian materi, dilanjutkan dengan sesi tanya
jawab oleh moderator, Andi Bunai. Dibuka dua sesi dengan penanya tiga
orang. Suasana terlihat hidup dengan
pernyataan-pertanyaan yang dilontarkan serta tanggapan akan harapan menjawab
perubahan dalam penggunaan dana desa
dalam upaya menjawab pembangunan desa dalam mensejahterakan masyarakat dibawa
komando pemerimtah setempat.
Akhir dari diskusi ini, Emanuel Mote sebagai Notulen
membacakan kesimpulan dari seluruh rangkaian diskusi. Kemudian dilanjutkan
denagan minum kopi bersama.
Fabianus Pigome, mengapresi kepada pemateri karena menurutnya materi ini sangat bermanfaat. Sebab setelah kita selesai ini kita akan kembali ke kampung.
"Banyak bukan ukuran, sedikit bukan ukuran, materi in berguna bagi kita, sehingga kedepan tetap semnagat dan tetap pengan pada komitmen bahwa dengan diskusi membuka wawan kita
Untuk diketahui, diskusi ini rutin dilansanakan tiap minggu, pada hari kamis. Dan kali ini yang ke empat kali. Sejak bulan januari 2018.
Ada pun beberapa materi dan diskusi dan seminar yang yang telah dilaksanakan bersama yang di fasilitasi oleh Ipmade Joglo, dantaranya: Pertemuan pertama, Budaya Malas Membaca, pemateri Fabianus Pigome, materi tetang perkembangan Iptek, bagian Injelijen securuty oleh, Andreas Takimai, dan Pembangunan Desa dan penggunaan dana desa oleh Moses Douw.
Foto-foto suasana diskusi:
(MK).
0 comments:
Post a Comment