Oleh, Demi Nawipa
1. Pendahuluan
Sebelum manusia homo sapiens mulai tahu membaca dan menulis, mereka telah melihat segala sesuatu yang ada di alam semesta dengan mengandalkan pada pengamatan langsung pada objek di sekitarnya, lalu mereka mulai ramalkan untuk berpikir jauh kedepan, dan memunculkan daya imajinasi yang selalu dikaitkan dengan cerita mitos serta mimpi-mimpi mereka dalam hidup. Saat itu mereka mengandalkan pada alat indrah mereka, mata, telinga, hidup, lidah, dan berpikir namun saat itu daya pikir mereka dan hasil kerja mereka tidak seperti yang sekarang. Mereka hanya percaya juga pada bulan, bintang, matahari, gunung, pohon, binatang-binatang seperti kunang-kunang, dan roh nenek moyang.
Namun, setelah manusia mengenal dan tahu membaca dan menulis, semua keadaan alam serta gaya hidup manusia saat itu dimulai untuk menulis lalu membaca kemudian dilanjutkan dengan diskusi (perdebatan) antar kelompok. Jadi, untuk kata membaca dan menulis itu sudah berlaku mulai sejak manusia homo Sapiens memunculkan konsep pikir membaca dan menulis itu sampai saat ini.
Oleh karena manusia sudah tahu membaca dan menulis, maka segala yang dilihat, diceritakan, dan diimajinasikan itu bisa difilekan dalam bentuk tulisan, baik itu berupa tulisan di kertas, gardus, papan kayu, maupun pada batu. Jadi, membaca apa yang ditulis, dipikirkan, dan dilihat serta diceritakan itu perlu ditulis dalam sebuah buku atau kertas lalu dibaca lagi sebagai sebuah pengetahuan pencerahan dalam hidup, maka membaca dan menulis adalah perlu disatukan dan dilakukan dalam hidup untuk kehidupan masa depan.
2. Membaca Buku
Kalau kata membaca saja mempunyai pengertian yang sangat umum, maka perlu ditambahkan dengan kata benda, menjadi "membaca buku." Membaca buku menurut saya adalah untuk membaca semua hal yang ditulis dalam buku yang lagi dibaca, dan bertujuan untuk mengetahui dan memahami pikiran dan maksud dari para penulis tentang yang dimaksud, baik berupa cerita sejarah, filsafat, ilmu alam, ilmu sosial bahkan ilmu ketuhanan (teologi) serta ilmu pengetahuan modern lainnya yang tertulis.
Melalui rajin membaca buku tentu pembaca akan mengetahui segala sesuatu yang tertulis dalam buku yang orang lain tidak tahu. Namun, orang yang rajin membaca buku tentang pengetahuan yang dia tekuni tentu dia akan mengerti dan memahami betul tentang itu, sehingga dia bisa disebut ahli dalam bidang itu, jadi soal membaca buku tergantung masing-masing orang yang ingin membaca buku tentang apa, sesuai selera dan harapan kehidupan masa depannya.
Kata orang bijaksana, orang yang selalu rajin membaca buku, tentu dalam otaknya selau aktif untuk berpikir yang teratur terkait ilmu pengetahuan yang dia pelajari dalam hidup sehingga sulit sekali masuk virus yang dapat menghalangi pola pikir yang bagus dan ilmiah itu, sehingga fenomena apa saja yang muncul dalam hidup juga bisa dipelajari dan diamati kemudian mampu menemukan solusinya sesuai ilmu pengetahuan yang dia tekuni dan mahir.
Pada beberapa hari yang lalu, ada sebuah pesan inspirasi yang saya dapat dari, seorang gembala orang Papua, yaitu Gembala Dr.S.Sofyan Yoman, katanya; "membaca buku dapat mengasah otak dan memperoleh kekuatan pengetahuan yang dibaca". Kalimat ini bagi saya sangat termotivasi, sehingga dapat dilakukannya sampai titik hayat demi kehidupan masa depan anak cucu dan bangsa.
3. Menulis
Menulis itu sangat penting untuk ditulis tentang segala sesuatu yang dilihat, dipikir, diceritakan, diamati dan dibaca melalui buku, koran, mendsos, dan lain sebagainya demi kehidupan masa depan yang akan menjadi sebuah sejarah hidup penulis.
Pada ilmuan dan filsuf juga, jikalau mereka tidak tulis dalam bentuk buku tentang ilmu pengetahuan mereka tentu generasi selanjutnya tak mungkin mengetahui, mengembangkan dan mengenalnya. Mereka (para ilmuan atau filsuf) beruntung sekali karena mereka telah menjadi pencetus sejarah dalam ilmu pengetahuan yang mereka tuliskan dalam buku yang lagi dipelajari oleh semua umat manusia dalam hidup yang telah mendunia menjadi ilmu pengetahuan yang terpopuler, seperti kata "panta'rei yang artinya semuanya akan mengalir, oleh Hegel.
Jadi, orang yang rajin membaca buku-buku pengetahuan yang ditulis oleh para ilmuan, kemudian dilakukan menulis lagi sesuai apa yang dibaca dan dipelajari secara kontekstual tentu memperoleh banyak pandangan yang cemerlang yang akan muncul di rasionya, lalu atas dasar kekuatannya bisa juga membaca kelemahan-kelemahan para ilmuan yang ditulis buku atau yang berikan definisi tentang teori dalam semua ilmu pengetahuan artinya pada awalnya rajin membaca buku (tesis) itu akhirnya bisa menjadi anti-tesisnya apa yang dia paham itu, orang seperti itulah yang disebut orang yang bijaksana (jenius).
Dalam pesan lanjutan dari tadi yang disampaikan oleh Gembala Dr.Sofyan Yoman, bahwa, "rajin membaca buku dan punya pengetahuan secara teori banyak yang paham betul, tetapi tidak tahu (tidak pernah) menulis dan tidak tahu tulis lagi, tentu tak akan punya jejak (sejarah) hidup dan kehidupan bagi masa depan bangsamu". Kalimat ini, sangat inspirasi bagi saya dan siapa saja yang akan membaca tulisan ini dan melakukannya.
3. Untuk Mencari Kehidupan
Hidup ini tentu punya sejarah hidup, maka mencari kehidupan yang kekal demi masa depan bamgsa. Hidup ini punya sejarah hidup yang akan ditinggalkan oleh semua umat manusia secara individu dan secara kelompok. Semua masing-masing manusia mempunyai sejarah hidup (kisah hidup) yang berbeda-beda, ada yang telah melakukan selama hidupnya demi keselamatan diri dan sesamanya, ada yang berjuang dalam hidupnya demi mementingkan diri sendiri, ada yang tinggalkan ilmunya melalui tulisan menjadi sebuah cerita sejarah hidupnya, ada pula yang tidak ada sama sekali hal baik yang ditinggalkan demi sesama yang lain, serta ada pula yang dapat ditinggalkan hal yang sangat merugikan bagi generasi selanjutnya.
Oleh karena hidup di bumi ini, demikian maka perlu ada jejak hidup yang menjadi sejarah demi generasi berikut. Lebih khusus lagi untuk kita generasi muda Papua perlu belajar dari Para penulis, para pemikir yang andal, serta para pastor dan gembala-gembala di Papua, seperti Gembala Dr.Sofyan Yoman, Gembala Dorman Wandikbo, dan Gembala Dr.Benny Giay, serta Pater Dr.Neles Kebadabi Tebai, dan Pater Philip Sakril (Uskup Timika, Papua), bahkan mereka yang selalu memihak kepada orang lokal Papua yang ditindas oleh sistem pemerintahan kapitalisme, sistem pemerintahan kolonialisme dan militerisme modern, sampai orang asli menjadi semakin minoritas ini.
Jadi, saya simpulkan terkait tulisan ini yang berjudul "membaca dan menulis untuk mencari kehidupan" adalah sangat penting untuk dihidupkan lebar-lebar seluruh Papua, mulai dari kelompok kecil (keluarga), kelompok mahasiswa, pelajar bahkan kelompok akademisi dan intelektual. Melalui diskusi tentang hal apa yang dibaca, ditulis itu tentu akan memperoleh kehidupan yang sangat besar demi masa depan bangsa, terutama bangsa kita (bangsa Papua) yang lagi ada di Indonesia.
Jadi, saya simpulkan terkait tulisan ini yang berjudul "membaca dan menulis untuk mencari kehidupan" adalah sangat penting untuk dihidupkan lebar-lebar seluruh Papua, mulai dari kelompok kecil (keluarga), kelompok mahasiswa, pelajar bahkan kelompok akademisi dan intelektual. Melalui diskusi tentang hal apa yang dibaca, ditulis itu tentu akan memperoleh kehidupan yang sangat besar demi masa depan bangsa, terutama bangsa kita (bangsa Papua) yang lagi ada di Indonesia.
Demikianlah, tulisan ini saya layangkan di medsos ini, biar para pembaca dapat dibaca dan dilakukan dalam kehidupan, semoga bermanfaat. Akhir kata "carilah kehidupan yang kekal demi masa depan bangsa melalui membaca dan menulis.
Penulis adalah mahasisa papua yang sedang menekuni bidang Geologi.
0 comments:
Post a Comment