Ipmanapandode Joglo melangsungkan Aksi Lilin Sebagai Ungkapan Dukacita Deiyai Berdarah





Saat pesarta diskusi melingkari lilin yang dinyalakan  berbentuk  salib,
  seraya berdoa kepada Tuhan. Doc. Emanuel Mote.


Lilin-lilin tersebut dinyalakan usai diskusi bersama  tentang pelanggaran-pelanggaran Hak Asasi Manusia di Papua pada umumnya,  sebagaimana tema dalam brosur yang disiarkan dua hari lalu oleh media ini. Lilin-lilin itu sebagai ungkapan rasa dukacita terhadap tragedi penembakan secara sadar dilakukan oleh gabungan pihak kepolisian di Kabupaten Deiyai belum lama ini. Pemasangan lilin ini berlangsung di halaman Asrama Kamasan I Papua Yogyakarta Jl. Kusumanegara, Muja Muju, Kec. Umbulharjo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Malam jum’at pukul 22:34 WIB.


Setelah melalui diskusi terkait pelanggaran-pelanggaran HAM di Papua yang dipotret belakangan ini oleh tiga organisasi yakni Ipmanapandode Joglo, Aliasi Mahasiswa Papua AMP dan Media Kabarmapegaa.com sebelum menceritakan apa yang terjadi dari perspektif masing-masing di wilayah Meepago dan Papua umumnya disitu telah dipersiapkan sebuah tim musik dibawah pimpinan Daniel Magai yang memang berperan penting untuk mengantarkan seorang pembawa cerita kronologis pelanggaran-pelanggaran HAM  dengan alunan musik yang serasi.


Akhir diskusi dan aksi pemasangan lilin,  Julia Opki selaku Ketua AMP komite kota Yogyakarta turut memberikan apresiasi terhadap kawan-kawannya yang telah berpartisipasi dalam diskusi ini karena menurutnya hal ini memperkokoh kekuatan solidaritas persatuan sehinnga melihat pelanggaran di Meepago  bukan milik wilayah itu namun semua orang Papua punya persoalan.

“Kegiatan ini tidak hanya kegiatan yang kita sama-sama  lakukan hanya saat ini saja tapi, semoga kita bisa terus bersatu”,

Opkia menambahkan, “persoalan HAM yang terjadi di Meepago, bukan hanya orang dari Meepago saja punya tapi kitong punya, seluruh orang Papua punya persoalan. Jadi terimakasih sekali kawan-kawan semua sudah berpartisipasi terhadap kegiatan ini”

Sementara itu Petrus Tebai sebagai ketua Ipmanapandode Joglo ikut mendukung pandangan pimpinan (AMP KK) Yogyakarta Julia Opki bahwa persoalan yang terjadi satu wilayah bukan tanggung jawab  wilayah itu sendiri namun menjadi persoalan bersama  sebagai satu Papua. Beliau berharap kedepan kita harus bersatu.

“Kegiatan ini tidak hanya fokus ke Deiyai berdarah tapi, kami berusaha untuk mengenang semua pelanggaran HAM yang terjadi di Papua sehingga persoalan yang terjadi di salah satu wilayah itu bukan tanggung jawabnya mereka saja tapi tanggung jawab kita satu Papua. Semoga kedepan kita bisa bersatu untuk katakan kita Papua”.


Kemudian Manfred Kudiai sebagai pimpinan redaksi media Kabarmapegaa juga hadir dalam kesempatan ini dan memberikan pencerahan dan memotivasi serta berharap untuk membiasakan  menulis. Pria yang akrab disapa Maku  memberitahukan bahwa media kabarmapegaa ada  untuk siapapun. Beliau mengatakan siapapun yang mengirim tulisan kami terima tanpa syarat apapun. Jangan takut salah sebab kesalahan adalah guru yang terbaik.


“Jangan takut salah teman-teman untuk menulis nanti terakhir kita akan menemukan.  Jadi kelemahan  kita itu ketika kita tulis, tulisan saya salah makanya kita jarang menulis jadi pikiran itu buang dulu, mulai dari kesalahan itu guru yang terbaik”.

Kudiai mengajak para hadirin yang sempat ikut bahwa mari menjadi pahlawan buat tanah air. Ia ajurkan hal yang  paling terpenting adalah menyuarakan  kaum yang tak bersuara dan   dapat dijadikan sebagai moto. Ia melihat menulis tak ada syarat.

“jangan takut salah untuk menulis, mari kita sama-sama bicara buat kita punya tanah, yang paling penting menyuarakan kaum yang tak bersuara itu moto, jadi tidak adalah  syarat seperti KTP kah apa kah, apa kah yang ingin tulis silahkan terbuka, soal keamanan terjamin, kita tanggung jawab.


Disela-sela itu Emanuel Mote yang sementara menjabat sebagai ketua Ipmadei Joglo melihat kegiatan ini menunjukkan jalan dan memberikan harapan kepada masyarakat sehingga pihak polisi tidak lagi melakukan tindakan kebrutalan yang semena-mena. Mote mengungkapkan,  pemasangan lilin ini tandanya bahwa memberikan cahaya kedamaian sekaligus dukacita.

“Agar kedepannya ada jalan, kemudian semoga kedepan ada harapan untuk masyarakat sehingga untuk  menyelesaikan masalah tidak hanya  dengan sejata tetapi bisa dengan solusi-solusi yang lebih baik, terus di lain sisi supaya lilin ini dapat  memberikan cahaya kedamaian dan rasa dukacita”.

Pantauan media, sejak mulai diskusi hingga akhir tidak ada hambatan tapi  Cuma satu hal yang membuat peserta diskusi bertanya-tanya yaitu saat  lampuh listrik mati di pertengahan diskusi akan tetapi kegiatannya berjalan mulus.


Reporter: Yubal A. Nawipa

Share on Google Plus

About Ipmanapandode Joglo

IPMANAPANDODE JOG-LO adalah Organisasi Pelajar dan Mahasiswa Nabire,Paniai,Dogiyai dan Deiyai di Yogyakarta dan Solo.

0 comments:

Post a Comment