Gambar: Source |
ARTIKEL, IPMANAPANDODEJOGLO.org--Realita
aktivitas kita, mahasiswa asal Papua yang terkotak-kotak dalam kelompok asal
Kabupaten makin kuat. Kita tidak pernah sadari mengapa kita
terpisah/terkotak-kotak dalam lingkaran kedaerahan itu. Pemekaran Kabupaten,
Kota, hingga Provinsi di Papua memberikan pengaruh yang sangat keras kepada
pergeseran tugas-tugas mahasiswa dan manfaat beroganisasi.
Akibatnya perpecahan,
berkelompok-kelompok dan saling membangun skat antara kita. Bahkan kita sama
sekali tidak memahami esensi daripada “kitong satu Papua” atau “ ko mau gunung
kah, pante kah, kitong satu Papua”. Sehingga,
yang dapat mempersatukan tali persaudaraan kita, persatuan antara mahasiswa
asal Papua, sebagai bagian dari rakyat Papua, kuncinya, Belajar dan saling
membangun perasaan “Satu Papua”.
“kitong satu Papua” atau “ ko mau gunung kah, pante kah, kitong satu
Papua”
Belajar merupakan hal kewajiban
kita. Seruan belajar ini tak dialamatkan kepada siapa saja, dan kapan saja,
juga tak dibatasi belajar apa saja. Belajar tak hanya di kampus, tak juga hanya
realita sosial Papua, juga pada umumnya rakyat Indonesia. Mengapa belajar
realita dan teori dari kampus? Sebab realita sosial ini lah yang membentuk
kesadaran sosial. Sehingga, untuk meletakan teori dan ilmu pengetahuan dari
kampus pada posisinya, ditengah-tangah rakyat, realita sosial menjadi dasar
daripada kesesuaian teori dan ilmu pengetahuan anda.
Memahami realita sosial tidak
terlepas dari sistim penindasan yang sedang mempengaruhi keberadaan sosial
rakyat Papua, hari ini. Anda tidak akan menemukan jawaban mengapa 86 anak di
Asmat meninggal bila anda tidak memahami sejarah perjalanan Rakyat Papua dari
Kolonial Belanda, selanjutnya kepada Indonesia, hari ini; dan sistim ekonomi
Politik (Neo Liberalisasi) yang membuka pasar modal (Investasi) dan Pasar
(komoditi) barang di Indonesia.
Melihat Kasus Luar Biasa (KLB)
Asmat Anda harus melihat perkembangan kebebasan masuknya Investasi, maraknya
perkebunan kelapa sawit, pangan padi di Merauke, Pertambangan, Migas, yang,
pertama-tama memberikan dampak-langsung pada kerusakan lingkungan, punahnya
flora dan fauna. Dampak ini memberikan pengaruh pergeseran pola makan, pola
hidup masyarkat pribumi (tribal leader) yang tingkat produktivitasnya terbatas
pada alam dan perkakas tradisional.
Kasus serupa kematian Bayi Asmat,
juga sudah terjadi di beberapa tempat lain di Papua. Misalnya, Deiyai, Nduga,
Tolikara, dan beberapa tempat lainnya di beberapa tahun belakangan, juga
fenomenal lain dengan kasus yang berbeda tetapi esensinya sama: kematian
Manusia Papua.
Kita tidak bisa menjadi “ko dari
gunung kah, pante kah, kitong satu Papua” kalau tidak memahami kalau kitong
(orang Papua) sedang habis: mati/musnah. Melihat Papua dan orang-orang papua
sebagai objek penindasan yang sedang dilancarkan oleh Imperialisme dan
antek-anteknya birokrat kapital Indonesia, termasuk petinggi-petinggi militer.
Misal, perampasan tanah adat, Imperialisme tak pernah tunduk dibawa hukum-hukum
adat, batas-batas tanah yang sudah ada sejak turun-temurun—sehingga berdampak
pada perang suku akibat batas tanah yang tak jelas muarahnya.
“ko dari gunung kah, pante kah, kitong satu Papua” kalau tidak memahami
kalau kitong (orang Papua) sedang habis: mati/musnah.
Kapitalisme juga tak punya sistim
masa depan di Papua. Hutan digunduli, flora-fauna makin punah, hingga berdampak
langsung pada pencemaran lingkungan, banjir, longsor, hingga berdampak pada
manusia—seperti kematian puluhan balita di Asmat; seperti kondisi kesehatan
sosial suku Kamoro akibat ber-air limbah Freeport; dst, dst.
Kitong bukan satu Papua, dan
perasaan satu Papua itu tak bisa tumbuh kalau kita melihat Papua dari kacamata
kedaerahan. Juga bila kita belum mampu melihat Papua hari ini (realita sosial),
penyebab (historis) dan jalan keluarnya: Kebebasan hakiki (self determination).
SEMOGA, catatan ini bermanfaat
bagi setiap organ peguyuban yang kerjanya main bolah, cari dana ratusan juta
yang hilang dalam seminggu untuk makan dan minum. Waaa.
Tulisan ditayang sebelumnya di facebook
oleh Api pemberontak di akunnya
pada tanggal 18 Februari 2018
0 comments:
Post a Comment