Suasana diskusi Ipmado Joglo. (Foto: Yance Yobe.Ist) |
Bertempat di Teras Depan Sekretariat Ikatan Pelajar Mahasiswa Dogiyai Jogjakarta-Solo (Ipmado Joglo), sekitar belasan mahasiswa dari Ipmado Joglo pada hari Jum’at (02/03/18) menyelenggarakan diskusi mingguan dengan topik “Briket Eceng Gondok Sebagai Solusi Alternatif Pengganti Kayu Bakar”.
Diskusi panel yang baru dimulai setelah kesepakatan bersama BPH Ipmanapandode Joglo yang mana menetapkan hari jumat sebagai hari diskusi perpaguyuban ini dibawakan oleh Andreas Pigai, mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan Yayasan Lingkungan Hidup (STTL YLH) Yogyakarta.
Dalam pemaparan materinya, Pigai mengatakan, briket eceng gondok adalah salah satu solusi alternatif yang sangat baik untuk menggantikan kayu bakar.
“Briket eceng gondok ini sangat bermanfaat dalam kehidupan manusia, terutama orang mee dalam kehidupan sehari-hari. Selama ini kayu bakar susah didapat di dekat perumahan warga. Untuk mencari kayu bakar di misalnya Dogiyai, orang harus menempuh jalan berkilo-kilo. Padahal kayu di hutan semakin hari semakin berkurang,” katanya.
Karena itu, lanjutnya, briket eceng gondok ini paling baik dan tepat untuk digunakan sebagai pengganti kayu bakar. Bahan untuk produksi briket eceng gondok tidak terlalu banyak, dan caranya pun tidak rumit. Bahan mentahnya dari tumbuhan eceng gondok. Sedangkan campurannya air, serbuk gergaji, dan tapioka sebagai bahan perekat.
Proses pembuatannya pertama iris tumbuhan eceng gondok hingga kecil-kecil, lalu digiling, dicampur dengan serbuk gergaji, air, dan tapioka sebagai perekat. Setelah semuanya dipadukan, diaduk hingga merata. Setelah itu, adonan dimasukkan ke dalam cetakan dan dipadatkan menjadi briket.
Pigai, yang juga selama ini dianggap sebagai sesepuh oleh pelajar mahasiswa Dogiyai di Yogyakarta dan Solo ini mengharapkan, agar kedepannya diskusi ini dilanjukan dalam bentuk pelatihan.
“Saya kira lebih baik lagi kalau kedepannya dari badan pegurus harian Ipmado Joglo bikin pelatihan tentang ini tapi bentuknya praktek langsung. Biar semua pelajar mahasiswa yang ikut bisa langsung tahu cara membikinnya mulai dari awal sampai akhir,” usulnya.
Dia juga harapkan, kalau misalnya teman-teman disini sudah tahu proses pembuatannya, nanti ketika sudah balik ke Papua harus mampu mempraktekannya disana. Biar tidak sia-sia belajar disini (di kota studi, red).
Sementara itu, Yance Yobee, ketua badan pegurus harian Ipmado Joglo menyambut baik dan mengatakan usulan dari Pigai tersebut sudah dimasukan dalam program kerja BPH.
“Dalam waktu dekat kami akan cari waktu yang pas dan mengadakan pelatihan tentang briket eceng gondok. Karena yang seperti begini ini terihat remeh tapi penting,” kata mahasiswa jurusan teknik sipil di Universitas Janabadra Yogyakarta ini optimis. (*)
0 comments:
Post a Comment