sumber: google.ist |
“Jangan kaget kk, itu adalah kebenarannya, bahwa memang saya
tidak perawan lagi”, tutur gadis itu kepada Albert Magai yang sejak tadi
menatapnya serius.
Di jembatan Kali Menou mereka bertatapan yang pertama
kalinya. Alber menatap penuh keheranan pada Kristine Gobai yang bertutur
frontal tentang hal personalitasnya.
“Keperawananku telah kuberikan pada belahan jiwaku pada tiga
tahun yang lalu. Pada dia yang entah kemana sekarang berada. Maaf kk, kk
terlambat datang padaku, cintaku pun telah dibawah berlari bersamanya. Saya
tidak memiliki perasaan cinta lagi saat ini, kehidupanku hanyalah menanti
matahari merekah di pagi hari dan mengantarnya hingga di akhir terbenam. Itu saja.”
Cristine sangat emosional tatkala bertutur tentang cinta.
Dan kemudiam berdeham sejenak. Ia mengalihkan pandangannya pada arus Kali Menou
yang mengalir deras dibawah jembatan. Ia tak menoleh lagi ke arah Albert,
sungkan dan tak berdaya atau muak.
Ada apa dengan cinta bagi gadis pemilik pipi lesung terinda
itu?
Sementara itu Albert semakin mengeras merangkul kedua
lengannya dan memohon agar Cristine jadi miliknya. Ia tak peduli bagimana murka
Cristin tatkala berbicara tentang cinta.
“Ade Cristine....Saya tidak peduli seperti apa kau dimasa
lalumu, dan entah kenapa saya begitu mencintaimu. Memang keperawanan adalah
simbol moralitas dan harus ada hal itu dalam percintaan. Harus ada itu dalam
ikatan dan kehidupan. Itu saya tau, dan hanya karena itu kau bersih keras pada
pendirianmu? Coba balik dan lihatlah mataku, dan tarulah tanganmu pada dadaku.
Setelah itu kau akan tahu, betapa saya mencintaimu”
Cristine Gobai yang berlinang air mata memandangi Albert
penuh pilu. “Moralitasku sudah hancur kk. Sudah kk..... sampai disini, jangan
menyakitiku lagi. Jangan berbicara lagi kata Cinta itu. Tolong antar saya
pulang.”
Albert semakin penasaran dengan setiap kata yang dilontarkan
Cristine, tapi ia terus membujuk memenuhi tuntutan hatinya. “Bukan begitu ade,
ini tentang kehidupan, perasaan dan cinta. Apa yang kurasa, yang kuinginkan,
dan harapan cintaku, semua saya katakan pada ade kan dua hari lalu. Mengertilah
bahwa itu adalah kebenarannya. Yang saya katakan lewat telpon itu semuanya
benar dan seperti itu padaku sekarang. Tolong percayalah padaku ade”
Suasana hening sejenak tanpa aksara kecuali isak gadis
berambut yang panjangnya sebahu itu. Cristine terus mengalikan pandangnya pada
arus Menou yang tiada henti mengalir itu. Albert Magai pun gelisah menanti
jawaban pasti.
Tak berselang lama, Cristine berbalik dan menatap pilu pada
Albert, agak lama menatapnya dan kian menjauh darinya.
Sungguh...kedua bola mata Cristine kian memerah dan kedua
pipih pun agak membengkak. Ia menunjuk jari kearah Albert dan berbicara keras.
Air mata derus berderai membanjiri kedua pipinya.
“Laki-laki itu semua sama saja. Semuanya itu manis diawal
dan apa pada akhirnya?
Suaranya mulai meninggi. Dan Albert terus mendengar tanpa
bersua.
“Pada akhirnya saya menderita dan frustasi akibat cinta yang
terus saja kau bicarakan itu. Cinta itu bagiku adalah pedang yang terus
menghayat jiwa dan ragaku. Saya benci dengar kata cinta itu. Bagiku cinta sudah
mati sejak tiga tahun lalu. Tinggalkan saya sekarang juga kk....saya
mohon...tolong kaka...pergilah!
Selepas itu Cristine menunduk dan menangis pilu. Dan Albert
memilih tetap berdiri disamping motor Vikson Biru miliknya. Ketika Cristine
mulai tenang, Albert mendekatinya dan membujuk agar bisa diantar pulang.
“Ade, saya minta maaf. Saya tidak akan katakan apapun lagi.
Mari kita pulang.
Cristine tak perdulikan ajakan itu dan terus diam tanpa
sepata-kata. Mentari sudah ke barat dan tanda-tanda senja mulai berhias di
langit.
“Kk,,,kenapa semua itu harus terjadi padaku. Cinta yang
kumiliki ibarat boneka mainan yang
dipermainkan oleh lelaki itu. Anton Kegou sudah menghancurkan hidupku
dan cintaku. Setelah ia merampas keperawananku, ia hilang tanpa jejak. Sejak
saat itu saya putus asa, karena cinta dan hidupku sudah kuberikan padanya pada
malam itu.”
Albert mulai mendekat dan berkata, “Ade....saya minta maaf,
karena ulah saya sehingga ade menangis begitu banyak. Dan ade....”
Langsung memotong pembicaraan Albert, “Saya menangis ini
bukan karena kk berkata seperti itu padaku tadi. Saya menangis itu karena di
tempat ini saya dan Anton Kegou berkenalan dan disini pula keperawananku
direngut olehnya. Jembatan ini jadi saksi bisu cinta dan deritaku. Kk...
semuanya terjadi disini, di jembatan kali Menou ini. Dan sekarang....sekarang
kk berbicara tentang cinta disini. Kk...kenapa harus terjadi lagi disini? Saya
benci semuanya, semua tentang cinta dan masa laluku disini.”
Kedua bola mata Albert terlihat begitu berkaca-kaca, tapi
tidak ada setetes air mata pun yang membumi. Dan terus mendengarkan Cristine
mengutarakan apa saja.
Dan kini benar-benar sudah senja. Senja yang begitu indah
melingkupi alam disekitarnya termasuk kedua insan itu. Bahkan Kali Menou juga
memantulkan senja mentari.
“Ade mari kita pulang sekarang, hari sudah semakin malam,”
Tukas Albert pelan sambil merangkul lengan lemas milik Cristine Gobai.
Cristine menolak lagi ajakan itu dengan melepas paksa
lengannya dari genggaman Albert. Ia perlahan berdiri dan berbalik ke arah
Albert, “Sungguh....kehancuran jiwa dan raganya jelas terlihat diwajah
cantiknya. Cristine begitu lemas dan pucat mukanya. Tapi hidung mancungnya
tetap menarik setiap pria, dan juga binar matanya selalu saja mengundang rasa
cinta. Lesun pipinya begitu menawan terlihat, tak kala hendak membuka mulutnya.
“Kaka....Saya selalu mimpi buruk setiap menonton film horor
sebelum tidur. Tapi kenyataan hidupku lebih buruk. Itulah resiko dosaku. Saya
selalu berdoa Rosario di Gua Maria untuk diberi kekuatan oleh Bunda untuk
melalui hari-hari kelamku. Dan pada saat saya benar-benar hendak melupakanya,
kenapa kk mengingatkanku pada masa laluku? Tapi, kk....saya menaruh harapan
hidupku pada kk. Saya akan belajar mencintaimu lagi. Tolong jagalah
kepercayaanku dan masa laluku sudah saya ceritakan sama kk.”
Cristine berdeham sejenak.
“Saya tidak percaya kk akan menerima diriku dan semua masa
laluku. Itu tidak mungkin terjadi jadi kk tolong antarkan saya ke rumahku dan
lupakanlah saya.”
Selepas mendengarkan Cristine bicara, Albert merangkul
Cristine dan beraksara dengan tatapan meyakinkan. Lalu Albert mengangkat dagu
Cristine agak keatas dan berkata tentangnya.
“Ade pernah melihat motor Vikson berwarna biru sebelumnya
kah? Tidak ada motor Vikson berwarna biru, motor vikson ini saya viloks
berwarna biru pada tiga hari lalu. Karena menurut temanmu Alvince Wenda bahwa
kau sangat menyukai warna biru.
Cristine mengangah dan memperhatikan motor vikson biru itu
dan membuang pandangnya lagi ke wajah Albert, seolah Cristine tidak percaya
dengan kenyataan itu.
Sambil Albert mengangkat Sambung Galaxy S7 berkondom biru di
hadapan Cristine, “Dan ini baru saja saya ganti dengan kondom berwarna biru,
warna kesukaanmu. Rumahku yang baru dibangun itu juga sudah kusuruh dicet
dengan warna biru, besok ade akan lihat rumah itu dengan warna biru.”
Selepas Albert menjelaskan semuanya yang pernah dilakukannya
demi Cristine, ia mengurai lengan cristine dan berkata.
“Untuk apa saya
melakukan semua itu? Itu adalah bukti cintaku padamu. Bukti bahwa semua yang
kumiliki adalah milikmu sekarang. Semua yang kulakukan itu hanya untukmu
seorang.
Pandang Cristine kembali melangkolis dan pilu dan mendekat
dirangkulang Albert.
“Ade bilang bahwa ditempat ini kehidupanmu telah hancur, dan
dari tempat ini saya berjanji padamu bahwa saya akan berikan kehidupan lain dan
juga kebahagiaan. Jadi tolong beri saya satu kesempatan.”
“Kaka saya selalu takut dan tidak percaya tentang cinta,
kehidupan dan kebahagiaan. Semuanya telah terbawah bersama arus Menou ini ke
samudera yang luas, tapi kk beri saya harapan baru. Berjanjilah kk bahwa
semuanya akan baik-baik saja. Mungkin ini adalah harapan terakhirku tentang
cinta dan ikatan hati.”
“Ade, lupakanlah masa lalumu, mari kita tatap masa depan
kita bersama-sama.” Tutur pelan Albert sambil memeluk Cristine dan Cristine pun
memeluk Albert tapi agak ragu-garu.
Hari sudah gelap, masih diatas jembatan Kali Menou. Sesaat
kemudian mereka pun membunyikan motor vikson biru milik Cristine Gobai itu dan
terus membela remang-remang malam Wanggar menuju Nabire Kota....
sumber: Klik di sini
sumber: Klik di sini
0 comments:
Post a Comment