Realitas yang Membentuk Kesadaran

ilustrasi.Ist

Itulah...! Mengapa kami bersepakat dan menganut filsafat materialisme (dialektika). Bahwa, materi adalah yang terutama dan selalu berproses melahirkan ide dan terus bergerak serta berubah. Bahwa, realitas yang membentuk kesadaran. Kesadaran orang Papua untuk mendukung Ahok, lahir bukan dari pikiran orang Papua. Namun lahir akibat mater-materi yang masif dipropagandakan dan disebarluaskan ke seluruh penjuru bumi Papua oleh kaum penindas, melalui suprastruktur (negara) dan media-media (visual dan non visual) yang masif digunakan untuk menjunjung kepentingan-kepentingannya.

Pikiran manusia lahir dari apa yang dilihat, didengar, dirasa, dicium, dan diraba dalam proses memperpanjang usia hidupnya (mencari makan). Seperti cerita kawan Roy: Seorang pelacur, sejak kecilnya tidak pernah mempunyai cita-cita menjadi seorang pelacur. Namun akibat sistem yang tidak masuk akal, yang menciptakan realita hidup yang susah mencari makan, biaya listrik, biaya tempat tinggal, kesehatan, dll. Maka perempuan tersebut harus melacur. Begitu juga dengan pengemis dan lain sebagainya.

Kita tidak boleh dan tidak perlu menyalahkan rakyat Papua yang telah dan sedang mati-matian mendukung Ahok untuk bebas. Sebab rakyatlah alasan kita berjuang; Sebab kepada rakyatlah kita mengabdikan diri; Dan rakyatlah kekuatan yang dapat meruntuhkan penindasan. Yesus (Isa Almasih), pernah mengatakan bahwa "Kitalah yang harus memberi makan" artinya bahwa kitalah yang harus memberikan asupan gizi agar membersihkan kesadaran palsu (kesadaran yang jauh dari kenyataan rakyat Papua yang sedang ditindas) yang dibangun oleh kaum penindas. Dan membangun sebuah kekuatan politik, yang bersenjatakan ideologi yang kuat, dan berbudayakan pembebasan dari bawah.

Segala hal di bumi ini memiliki dua sisi yang saling berlawanan yaitu; sisi (+) dan sisi (-). Dalam kondisi yang sedang terjadi hari ini, tong perlu memetakka berdasarkan kondisi yang real. Mana sisi yang positif dan negatif bagi perjuangan "Pembebasan Nasional Papua" dan bagaimana gerakan harus menanggapinya. Bukan maki sana sini, tapi massa (rakyat) harus dimenangkan, harus kita rebut, melalui alternatif-alternatif perubahan yang terus menerus kita sodorkan. (Salam Pemberontakan)

*Penulis adalah mahasiswa Papua kuliah di Yogyakarta
Share on Google Plus

About Ipmanapandode Joglo

IPMANAPANDODE JOG-LO adalah Organisasi Pelajar dan Mahasiswa Nabire,Paniai,Dogiyai dan Deiyai di Yogyakarta dan Solo.

0 comments:

Post a Comment