IPMANAPANDODE YOGYAKARTA-SOLO--Menulis adalah senjata bagi kaum yang tidak bersuara
untuk menyuarakan dalam bentuk kata-kata agar semua orang mengetahui permasalahan
yang dihadapi disekitar kita. Oleh karena itu sesaat ini anggota Ipmanapandode dibekali
ilmu jurnalistik dari redaktur media lokal papua kabarmapegaa. Materi diberikan
oleh saudara Anselmus Gobai pada hari sabtu tanggal 10/03/2018. Pada pukul 18:00
WIB hingga selesai di Asrama Yamewa I Paniai Jln Santan kompleks AU Daerah
Istimewa Yogjakarta.
Ketika di nilai semua para anggota Ipmanapandode Jogya
Solo sekaligus partisipan seperti Semarang
dan Tambrau yang berminat tinggi untuk mengikuti pelatihan jurnalistik ini. Mereka
juga mengorbankan jiwa dan raga. serta antusias atas pelatihan tulis-menulis ini. Kemudian
pelatihan ini diikut dalam jumlah yang
cukup banyak sekitar dua puluh (20) lebih orang.
Sementara itu, Manfred Kudiai selaku Pemprad kabarmapega,
sekaligus ketu BPH Ipmanapandode Yogyakarta-Solo ia membuka jalan sekaligus
memberikan motivasi untuk tetap berkarat dalam dunia jurnalistik, ia
juga mengatakan, “Jika kita mengulang-ulang membaca dan menulis maka otak kita
akan terbuka dan banyak informasi yang akan masuk ke otak kita dengan sendirinya katanya, Kemudian dunia ini
akan menjadi satu kampung di mata kita jikalau kita selalu meluangkan waktu
untuk membaca dan menulis, tambahnya.
Sejalan dengan itu, didatangi salah satu mantan wartawan
perempuan mudah Papua “Aprila Wayar” asal Jayapura (Hollandia), dia juga pernah
bergabung dalam website tabloid jubi dia berkarya dan mengabdi kurang lebih
tujuh tahun lamanya, munurut ceritanya.
Wayar,menginspirasikan kami juga. Ia memberikan
pemahaman supaya tetap berlatih dan terus berjuang dalam dunia jurnalistik ini
guna mengunkapkan isi hati yang terpendam dalam hati kemudian palanggaran HAM yang selalu terjadi di Papua tanpa melihat
detik bahkan jam.
Dia mengajak juga agar perempuan-perempuan Papua dapat belajar banyak mengenai ilmu jurnalistik agar dapat
menyuarakan isi hati perempun dalam media online dan media cetak, karena persipektif
pria dan wanita sangatlah berbeda, tuturnya.
Akhir dari pelatihan itu, Aprila Wayar
juga berikan salah satu novel
yang berjudul “Sentuh Papua” hasil cetakan yang ketiga (III). Buku ini sebagai sebuah hadiah
kepada para peserta. untuk mengetahui lebih dalam tentang Apirla Wayar, ia
pernah menerbitkan novel pertamanya yang berjudul “Mawar Hitam Tanpa Akar”
terbit pada tahun 2009, ia tak berhenti melainkan melanjutkan novel yang kedua
judulnya “Dua Perempuan” yang kedua ini terbit pada tahun 2013, dan yang ke
empat Wayar ada rencana lain untuk
menulis dan menerbitkan juga.
Ketika berakhirnya pelatihan itu salah satu peserta
Petrus Tebai ketika ditanya ia mengatakan dirinya sangat bangga karna ia juga
mendapatkan pembelajaran informal, Tebai juga baru kali ini dapat mengikuti palatihan jurnalistik pada akhir-akhir ini. Tebai berpikir seperti ya apa jurnalistik, tetapi dengan adanya pelatihan ini saya dapat dicerna ilmu jurnalistik dengan baik, ternyata
sangatlah bermanfaat dan berguna untuk menyuarakan jeritan, ratapan,
penderitaan, di kalangan proletariat jelata secara beragam dan
berimbang. tutup (Petrus Tebai.)
Pewarta: Yubal A. Nawipa
Ketua BPH IPMANAPANDODE JOGLO DAN Novelis Papua saat memberikan buku sentuh Papua |
saat materi pelatihan berlangsung |
Saat penjelasa materi |
Luar biasa ipmapandode jogja dan solo atas solidnya.
ReplyDelete