Mengingat Nasehat Dalai Lama
Pagi-pagi benar saya mulai ingat kata-kata guru besar, Dalai Lama. Dalai lama dalam bukunya menasehati dunia yang kian hilang rasa kemanusian yang dilakukan oleh kelompok maupun individu terhadap sesamanya. Salah satu poin yang diutarakan beliau adalah tentang kehidupan. Ajaran-ajarannya yang menekankah supaya manusia tidak terjerumus dalam keinginan duniawi semata dalam menjalani kehidupan sehar-hari.
Sebagai seorang guru, Dalai Lama berusaha membawa kembali ajaran-ajaran bijak yang banyak tengelam dalam kehidupan modern. Dalam keadaan seperti ini, manusia terkadang lupa bahwa selain sebagai individu, ia juga merupakan makhluk sosial. Karenanya penting bagi kita untuk peduli terhadap sesama. Malahan menurut Dalai Lama, kepedulian tersebut bisa jadi sumber rasa ketenangan kita.
Kebahagiaan bisa bersumber dari apapun, bahagia itu sederhana. Kita sering beranggapan bahwa uang adalah sumber kebahagiaan yang sesungguhnya. Banyak uang disamakan dengan hidup bahagia berkelimpahan. Padahal untuk bisa bahagia, yang paling diperlukan adalah rasa kasih sayang terhadap dan dari sesama manusia.
Semua nasehat yang diutarakan oleh Guru Besar ini, menurutku untuk menjawab satu tujuan hidup. Seperti yang sempat Ia singgung juga dalam bukunya, yakni "HIDUP UNTUK BAHAGIA." Ajarannya untuk menjawab satu tujuan. Hidup untuk Bahagia.
Izinkan saya petik nasehat-nasehat atau kata-kata bijak Dalai Lama:
“Adalah perlu untuk saling membantu sesama, tak hanya dalam doa kita, tetapi juga dalam kehidupan sehari – hari. Jika kita sadar tak bisa membantu orang lain. Yang paling bisa kita lakukan adalah berhenti merugikan mereka.”
Dalai Lama menyebutkan, kenyataan itu muncul ketika seseorang tidak merasa ada cinta dalam hidupnya. Kehidupan yang penuh kompetisi, rasa iri, dan dengki menyelimuti seluruh sisi hidup orang-orang di kota.
"Cemburu atau iri membuahkan ketidakpercayaan yang akhirnya menelurkan rasa frustasi. Akibatnya muncullah ketakutan. Dengan sendirinya secara otomatis, rasa sepi itu muncul,"ujar Dalai Lama di sebuah konferensi di Adelaide, Australia bertajuk "Beyond religion : The Quest for Happiness." beberapa tahun lalu yang diliris Liputan6.com
Menurut Dalai Lama, rasa sepi ini tidak diciptakan oleh lingkungan. Tapi muncul dari sikap mental kita sendiri. Jadi, sebenarnya sikap mental kitalah yang bisa memunculkan kebahagiaan bagi kita sendiri.
Seperyi yang dipaparkan oleh Gabriel Abdi Susanto.17 Jun 2015, 15:00 WIB, kebahagian, menurut Dalai Lama tak lebih dari sebuah kepuasan. Kebahagiaan tak selalu tentang pengalaman-pengalaman menyenangkan. Namun, pengalaman biasa yang netral bisa membawa kita kepuasaan yang mendalam dan luar biasa.
"Saya percaya bahwa kebahagiaan dapat dicapai lewat latihan mental." ujar Dalai Lama. Latihan pikiran atau latihan mental yang dimaksud Bhiksu dari Tibet ini bukan 'pikiran' yang sekadar kecerdasan kognitif. Artinya lebih luas, lebih dekat dengan psyche atau spirit, mencakup kecerdasan dan perasaan, hati, dan pikiran.
Jadi, menurut Dalai Lama, dengan menjalankan disiplin batin tertentu, kita dapat mengalami suatu transformasi dalam perilaku kita, dalam pandangan keseluruhan kita dan dalam cara kita menjalani hidup.
Dari pembahasan saya diatas dan setelah dicerna nasehat-nasehat Guru Besar, Dalai Lama maka dapat saya simpulkan bahwa tidak ada seorangpun yang yang dapat membatasi kebahagiaan hidup orang lain. Tidak ada bangsa lain yang membatasi kebahagiaan orang lain. Siapa pun dia tidak bisa mengklamin suatu wilayah atau tanah tertentu adalah milik seorang diri atau kelompok, bumi adalah milik manusia. Manusia yang punya tanahnya.
Jika masih ada yang kloni suatu wilayah dan mengklaim ini ada bagian dari mereka bahkan menyebutkan bahwa ini milik mereka maka perlu dipertanyaan. Mereka adalah kelompok yang merusak tatanan kehidupan bangsa lain.
“Tujuan hidup kita adalah menjadi bahagia” kata Dalai Lama.
Siapa Dalai Lama?
Beliau kini dikenal sebagai salah satu figur pemimpin spiritual, YM. Dalai Lama sangat dikenal sebagai tokoh yang karismatik, sangat toleran, dan mengabdikan hidupnya demi perdamaian.
(MK)


0 comments:
Post a Comment