POLITISASI PEMEKARAN PROVINSI PAPUA TENGAH ADALAH ACAMAN SERIUS BAGI RAKYAT PAPUA.



Ilustrasi wilayah pemekaran Provinsi Papua Tengah.


Oleh : Yubal A. Nawipa

Akhir-akhir ini terjadi isu sini-sana mengenai pemekaran Provinsi Papua Tengah, isu tersebut mendapat banyak sorotan dari berbagai pihak, baik dari masyarakat sipil, mahasiswa, para  intelektual, dan bagi kaum yang peduli anti pemekaran.
Ditengah-tengah kegelisaan sambil menunggu jawaban negara tentang belum tuntasnya masalah-masalah kemanusiaan bencana bajir bandang Sentani Papua. Disela-sela itu ternyata ada elit-elit politik  lokal Papua binaan Jakarta ini masih terus incar melakukan lobi pemekaran dengan mengupayakan berbagai usaha.

Pertarungan antara capres nomor urut 01 dan capres nomor urut 02 terus berlangusng dan cukup menarik ditonton,  hingga mereka  berlomba-lomba kunjungi Papua dalam rangka kepentingan pribadi mencari suara,  pilpres 17 April mendatang. Keduanya, nampaknya menunjukan diri mereka yang sebenarnya dalam kampanye,  mereka menggunakan kata-kata elegan, terhormat, dan bahkan menyatakan janji-janji yang seakan-akan akan terwujud, padahal kalau dilihat-lihat biasanya hanyalah suatu janji palsu yang semata digunakan sebagai menarik perhatian masyarakat Papua.

Dalam kunjungan beliau Jokowi ke Papua adalah hal yang tidak asing  bagi rakyat Papua, bahkan bosan melihat tampannya terus, dia berkali-kali  kemari dan  secara pantauan saya kedatangannya  kurang lebih 9 (sembilang) kali ternyata ia tidak memenuhi  atau menuntaskan janjinya terhadap alam dan rakyat west Papua, sehingga disimpulkan Jokowi memainkan politiknya untuk melindungi harimau-harimau yang bertaring sampai senantiasa mencerai-beraikan atau membunuh rakyat Papua pada setiap waktunya.

Demikian pula saudaranya,  Prabowo.  Prabowo merupakan militer yang menumpas sekian jiwa di Papua dan dia sebagai aktornya. Jikalau  ditinjau lebih jauh tentang latar belakang keduanya maka  hampir sama tidak berbeda. Keduanya saya boleh menyatakannya sebagai sang kriminal.

Selain kepentingan pribadinya Jokowi ke Papua, yang ke sepuluh ini sebenarnya dimanfaatkan baik oleh para pengambil kebijakan di Papua, saya yakin ini momen penting yang mereka gunakan untuk memanfaatkan kesempatan ini oleh para bupati dan gubernur adalah memperkuat atau membicarakan pemekaran Provinsi Papua Tengah.

Sekitar dua pekan lalu seusai mengunjungi korban banjir di Sentani,  Jokowi  juga sempat menuangkan kesempatan untuk bertatap muka dengan gubernur Papua dan bupati se-Papua, termasuk Bupati Mimika, Eltinus Omaleng, SE,.MH di Baliroom Hotel Swissbell Jayapura. Dalam pertemuan tersebut Jokowi pernah menyatakan “dirinya menyetujui setelah tanggal 17 April 2019 akan memproses  percepatan   Provinsi Papua Tengah,” ujar Bupati Omaleng.

Jika isu pemekaran ini berkembang terus dan seandaianya terwujud, maka lihat dampak negatif yang terjadi dan tetap menyertai pada manusia Papua hingga bisa dipastikan sampai punah adalah seperti berikut:
  1. Akan terjadi transmigrasi gelap dalam jumlah yang tidak sedikit ke Papua;
  2. Mendatangkan penduduk luar tanpa kontrol ke Papua;
  3. Akan terjadi pos-pos militer di seluruh tanah Papua, baik bentuknya korem, kondim, batalyon dan bahkan koramil;
  4. Membangun mesjid-mesjid secara bebas di seluruh tanah Papua dengan alasan toleransi dan kebabasan beragama, padahal pada kenyataannya diluar Papua orang kristen di tindas, bahkan dilarang untuk membangun atau mendirikan tempat ibadah dan lebih parah lagi adalah gereja  ada yang dibakar, dibongkar dan ditutup;
  5. Akan masuk perusahan-perusahan asing, yang akan menyedot/mengeksploitasi dan akan menampung karyawan orang non Papua,  dan sudah barang tentu perusahan-perusahan tersebut akan dikawali oleh polisi dan militer;
  6. Tercemar linkungan hidup manusia Papua;
  7. Merusak tatanan hidup masyarakat Papua;
  8. Dan lain sebagainya.

Beberapa hal penting diatas ini mesti dicatat, diingat,  pahami, dan dibenahi.  Saya yakin dan percaya para tim penggerak percepatan pemekaran Provinsi saat ini,  mungkin dulunya atau sebelum menjadi pejabat dong juga mungkin saja pernah menolak adanya pemekaran provinsi ataupun kabupaten akan tetapi mengapa setelah itu mereka menjadi pusat penggerak.? Saya mau sampaikan kepada seluruh oknum-oknum atau pergerakan kolektif yang rata-rata bertelinga tuli bahwa anda sudah terendap virus kepentingan bias Jakarta, memang apabila melihat pengalaman hampir sebagian orang biasanya terjadi begitu, karena itu mereka itu pantas disebut kaum pengkhianat.

Berdasarkan tujuh hal diatas bahkan lebih, maka pemekaran Provinsi Papua Tengah akan terjadi ibarat sangkar burung yang artinya bahwa orang-orang asli Papua dikurung dalam sangkarnya, sehingga mereka tidak dapat menikmati hidup yang seharusnya mereka nikmati burung dalam sangkar.   Biasanya diperlakukan dengan seenak atau sekehendak oleh pemelihara sesuai seleranya sehingga pada waktunya dengan haknya itu, maka burung tersebut dapat dicuri dan dibunuh pada hari yang ditentukannya.

Ini juga merupakan ilustrasi,  jika terjadi pemekaran Provinsi Papua Tengah maka rakyat Papua akan terjadi ibarat babi dalam kandang. Artinya bahwa pemekaran ini bertujuan untuk memetak-metakkan rakyat yang satu dengan yang lain,  sehingga semakin-hari semakin bermusuh  antara keluarga sebelah dengan sebelah gara-gara kepentingan politik atau karena permusuhan jabatan tertentu.

Sering ketika saya berada di kampung biasanya mendampingi kawanku yang namanya Jefri, beliau sangat rajin  dalam memelihara babinya, saya biasanya mengamati kehidupan babi dalam kandang tersebut,  Jefri telah membuat kandangnya berkotak-kotak sehingga babi yang sebelah tidak bisa pindah ke kotak yang lain demikian pula babi yang ada di kotak lainnya,  dan oleh karena itu seringkali mereka saling cakar dengan kuku dan gigi mereka. Mereka tidak bisa bertemu bahkan kadang-kadang moncong hidung babi terluka dan berdarah  karena tekena kayu yang membatasi mereka.

Satu tahun lalu,  ketika Jefri mengajak saya untuk menyembeli babi piarahannya bersama saya tidak ada yang mengatakan A, B dan C karena hak mutlak ada pada pemiliknya.  Pemilik sudah merencanakan salah satu dari ternak itu yang dikhususkan untuk dipotong.  Praktek yang paling dilakukan adalah ditangkap dan dibunuh didepan ternak yang lain, sehingga otomatis babi lain melihat menyaksikan dalam kondisi sangat ketakutan terauma dalam kehidupan mereka.

Penganalogian diatas ini merupakan pengalaman dan imajinasi pribadi saya tentang kehidupan orang Papua ketika ada pemekaran Provinsi dan kabupaten/kota. Orang Papua dikotak-kotakkan sengaja oleh negara,  bertujuan untuk saling menyerang satu dengan yang lain dalam mempertahankan kotak-kotak ini. Sehingga apa yang terjadi,? Orang Papua  akan semakin berkurang dan orang non Papua akan semakin banyak sehingga bisa saja kandangnya kosong dikuasai oleh non pribumi.


Jadi, pemekaran Provinsi Papua Tengah adalah benar-benar ancaman yang cukup serius dan ketidakpastian masa depan buat anak cucu orang asli Papua, tetapi hanya keuntungan dan kepastian pemenuhan hidup atau kelansungan hidup orang pendatang dan para elit lokal Papua yang tidak mengenal lelah untuk memperjuangkan pemekaran Provinsi Papua Tengah dengan berargumen hanya pada makan dan minum untuk sehari.
Share on Google Plus

About Ipmanapandode Joglo

IPMANAPANDODE JOG-LO adalah Organisasi Pelajar dan Mahasiswa Nabire,Paniai,Dogiyai dan Deiyai di Yogyakarta dan Solo.

0 comments:

Post a Comment