![]() |
| Suasana saat Masyarakat Dogiyai melakukan aksi damai.(antara/Ipmanapandode-Joglo) |
Laporan Ekstra Sweeping di Dogiyai
TIM GABUNGAN GIAT OPERASI
MANTAP PRAJA DI DOGIYAI MELAKUKAN EKSTRA SWEEPING DI DOGIYAI
Oleh: Benediktus Goo
1.
Kondisi Kehidupan Di Kabupaten Dogiyai Sebelum Tim Gabungan Hadir Di
Dogiyai
Sang Pencipta Langit, Bumi dan Segala Isinya serta Manusia telah
menempatkan Manusia Mee di Meeuwodide dari Kegata sampai di Makataka didalamnya
ada 5 wilayah besar yakni Wilayah Paniyai, Wilayah Tage, Wilayah Tigii, Wilayah
Kamuu dan Wilayah Mapia. Dalam Kehidupan
Orang Mee di Meeuwodide sebelum
Pemerintah dan Agama Masuk
di Meeuwodide tentu
hidupnya sangat aman
dan bahagia karena
mereka adalah Pekerja Keras
yang selalu banting
tulang untuk menghidupi
keluarganya. Mereka hidup sangat aman dan bahagia tidak ada
masalah dalam hidup.
Sejarah Oral mencatat bahwa dalam kehidupan orang Mee di Meeuwodide ini
hanya ada dua masalah besar yang selalu membawa manusia Mee sampai pada Perang
Suku dan hal ini kita tidak
bisa menyangkal diri
tetapi kita harus
mengakui hal itu,
tetapi kehebatan Manusia Mee dulu
di Meeuwodidde yang kita patut diancungi atau memberi jempol adalah dipuncak
perang mereka selalu mencari solusi hidup damai secara bersama dan selanjutnya
para pihak yang bertikai kembali hidup bersama seperti biasa sehingga dalam
penyelesaian masalah Orang Mee dulu
di Meeuwodide tidak pernah
membutuhkan orang luar
datang menyelesaikan masalah.
Dengan Dasar Orang Mee dulu yang hidup dalam Kasih, Damai, Aman dan
Bahagia sehingga Orang Mee dulu menerima Orang Asing, Luar atau Pendatang yakni
Missionaris Barat pada tahun 1935 di Paniyai. Kemudian dalam Ajarannya
Missionaris Barat ternyata ajarannya sama dengan apa yang mereka tekuni dalam
kehidupan sehari hari orang Mee dulu. Setelah Missioris Barat sudah ada dan
hidup menyatu dengan masyarakat Mee karena ajarannya sama barulah Pemerintah
Datang di Paniyai pada tahun 1969 (Awal Papua dipaksakan masuk ke dalam
Indonesia).
Setelah Pemerintah datang di Paniyai Hidup Orang Mee dulu menjadi tidak
aman, hari hari selalu
mengalami masalah diatas
masalah. Masalah yang
dialami adalah Pertumpahan Darah
diatas Negeri Kami Sendiri. Operasi Tim Gabungan Polisi dan Brimob selalu
bergantian dengan pasukan dan nama Operasi yang berbeda. Operasi demi operasi
yang mereka lalui adalah Operasi Sadar 1965-1967, Operasi Brathayudha 1967,
Operasi Wibawa 1969, Operasi Militer 1 Jayawijaya 1977, Operasi Sapu Bersih I dan II
1981, Operasi Sapu Tumpas 1985, Operasi Militer di Mapenduma 1996, dan Operasi
Operasi tersembunyi lainnya di Papua di Meeuwodide. Selanjutnya setelah
Pemerintah masuk di Paniyai maka Kesatuan Hidup Orang Mee dulu dipecahkan
kesana kesini hingga sekarang Kabupaten Dogiyai ini digabungkan dari dua
wilayah besar yakni Wilayah Mapia dan Kamuu.
Sebelum Kabupaten Dogiyai hadir Hidup Orang Mee di Kamuu dan Mapia
diancam dengan berbagai operasi khusus seperti Kematian Masal karena Tim
Gabungan melakukan Operasi Sapu Bersih I dan II tahun 1981-1984 kemudian ganti
lagi dengan Operasi Tumpas pada tahun 1985 di Kamuu dan Mapia, Kemudian
Peristiwa Masyarakat diisi dalam Karung Goni lalu membawah lari dilakukan oleh
Orang Terlatih Khusus (OTK) yang akhirnya ketahuan mereka dilatih dan
ditugaskan oleh Polsek Moanemani pada
tahun 1995, Peristiwa Ilmu Hitam tahun 2003-2004 difasitasi oleh Polsek
Moanemani Strukturnya sudah lengkap, tahun 2007 Peristiwa Muntaber 2007
mengorbankan 273 orang dan akhirnya Tahun 2008
Datanglah Kabupaten Baru di wilayah Kamuu dan Mapia dengan Nama
Kabupaten Dogiyai. Pada tanggal 13-14 April 2011 dibawah Pimpinan Kapolsek
Mardi Marpaung, S..Sos telah menembak mati Dominikus Auwe dan Allowisius Waine
sementara Penembakan yang Kritis Berat saat itu Otin Yobee, Albert Pigai dan
Vince Yobee.
Hari ini Kehidupan Manusia Mee dulu yang aman, bahagia, tentram dan
damai benar benar dihancurkan oleh Pemerintah dan Kepolisian Indonesia, Rakyat
Dogiyai kini hanya mengenang kembali kehidupan malu.
2.
Aksi Sweeping Yang Dijalankan Tim Gabungan Tim Gabungan GOMPRA
Sejak bulan September 2016 Tim Gabungan Giat Operasi Mantap Praja
disingkat GOMPRA sudah aktif melakukan Sweeping di atas Jembatan Kali Tuka
Moanemani Distrik Kamuu kabupaten Dogiyai. Tim Gabungan tersebut dikirim dari
Kepolisian Daerah Papua (POLDA Papua) untuk menjaga Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat (Kamtibmas) Dogiyai demi terselenggaranya Pemilihan Kepala Daerah
Bupati dan Wakil Bupati di Dogiyai dalam keadaan aman dan lancar tanpa gangguan
dari pihak pihak yang tidak bertanggung jawab.
Tim Gabungan GOMPRA yang diutus POLDA Papua ke Kabupaten Dogiyai ini
mereka sama sekali tidak pernah sweeping tentang SIM STNK Kendaraan dan
Penertiban PILKADA Dogiyai tetapi mereka melakukan Sweeping di Dogiyai itu
Banyak bentuk dan Jenis sehingga Pelapor memberi nama sweeping ini Sweeping
Tanpa Arah
a. Sweeping Alat Tajam
Selama lima bulan, setiap pagi mulai pukul 07:00 – 09:30 diatas Jembatan
Kali Tuka Tim Gabungan aktif memerika segala bentuk Alat Tajam terhadap
masyarakat dan Aparat Sipil Negara (ASN) yang berpakaian dinas sekalipun.
Bentuk pemeriksaan yang dilakukan oleh tim gabungan adalah mereka menyuruh
masyarakat untuk membuka Tas, Noken, Saku Baju, Celana, Jok Motor dan Mobil
lalu mengambil semua alat tajam yang ada. Alat Tajamyang diperiksa seperti
Silet, Cuter, Pisau, Parang, Sabit, Kampak, Kartapel dan AnakPanah.
b. Sweeping Atribut Papua
Merdeka
Selain Tim Gabungan Giat Operasi Mantap Praja melakukan sweeping alat
tajam, mereka juga terus memerika Handphone dan Laktop. Bila dalam Handphone
dan Laktop itu kedapatan Gambar Bintang Fajar/Kejora, Edit-Editan Bintang
Kejora, Lagu-Lagu Papua, Berita Berita
Papua, Video tentang Papua, Foto berbaur Papua, masyarakat yang selalu
mengenakan pakaian tentang Papua, Tokoh Papua, dll semuanya ini disita
habis-habisan.
c. Sweeping Aktifis Ham
Bagian yang ketiga tentang aktivis HAM ini tidak hanya saat sweeping
tetapi setiap hari dan dimana mereka berada selalu mereka kejar sehingga selalu
ruang gerak bagi Aktivis HAM di Dogiyai dipersempit. Hak untuk Hidup bebas dan
ruang untuk berekpresi bebas dimuka publik atau masyarakat sangat tertutup mati
sehingga Dogiyai saat ini seakan hidup dalam Orde Lama dan Orde BAru.
d. Sweeping Rambut Gimbal
Sweeping yang keempat ini merasa aneh tetapi nyata dalam hidupnya bahwa
dalam sweepingnya kedapatan masyarakat
yang kumisnya panjang
dan rambutnya Gimbal ditahan dan diiterogasi Polisi dan
Brimob. Jia ada balasan dari masyarakat berarti dipukul babak belur hingga
darah keluar.
e. Sweeping Uang
Pasar Utama di kabupaten Dogiyai itu terletak di Moanemani sehingga
pusat pembelanjaan itu juga terjadi di Pasar Moanemani. Semua transaksi barang
ini harus menggunakan Uang untuk membeli barang. Masyarakat yang datang ke
Pasar Moanemani mereka harus membawa Uang dalam dompet mereka agar pulang
membawa dengan hasil belanjaan, tetapi Polisi dan Brimob di Dogiyai ini sangat
Aneh benar. Semua uang yang dibawa masyarakat untuk belanja barang itupun
diambil Tim Gabungan Giat Operasi Mantap Praja di Dogiyai.
f. Sweeping Orang Mabuk
Tahun 2016 merupakan Tahun Korban Minuman Keras (Miras) disetiap minggu
oleh Minuman Alkohol Oplosan. Penjual Minuman Alkohol Oplosan tersebut
dilindungi mati oleh Polisi dan Brimob yang bertugas di Dogiyai, sementara
pemuda pemuda Asli Dogiyai yang mengkomsumsi minuman keras ditembati mati di
tempat seolah olah pemuda pemuda asli di Dogiyai ini binatang. Dalam tahun 2017 bulan pertama saja sudah
puluhan Pemuda Asli Dogiyai yang mengkomsumsi Minuman Keras Beralkohol ditembak
mati dan dipukul babak belur dijalan.
Dari enamt jenis sweeping yang Tim Gabungan GOMPRA lakuakan tentu
mengganggu Keamanan dan Ketertiban Mastyarakat dalam kehidupan sehari hari
masyarakat Dogiyai sehingga bisa diprediksikan bahwa PILKADA Dogiyai akan kacau
bila sweeping seperti ini dijalankan karena dalam sweeping. Kondisi hidup masyarakat
Dogiyai saat ini tiada hari tanpa Tangisan, pertumpahan darah karena ditembak
mati dan Traumatik sehingga hak hidup untuk bebas dan aman itu tidak terjamin
di Dogiyai.
3.
Dampak Dari Aksi Sweeping di Kabupaten Dogiyai
Sweeping yang Tim Gabungan GOMPRA lakukan di Moanemani Kabupaten Dogiyai
ini telah mengorbankan segala harta kekayaan, Uang, Penaniyaan yang membuat
manusia Mee di Dogiyai mengorbankan Nyawa Rakyat Dogiyai yang tidak berdosa.
Bukti Hidup masyarakat asli Dogiyai tiada hari tanpa Tangisan, Traumatik dan
Pertumpahan darah adalah sebagai berikut:
a. Bulan September 2016
b. Bulan Oktober 2016
c. Bulan November 2016
d. Bulan Desember 2016
- Tanggal 14 Desember 2016
Kasus 1
Hari Rabu Tanggal 14 Desember 2016 tepat jam 08:00 WIP, Jhon Pigome yang
tinggal di Kompleks Aula Pemerintah Daerah Dogiyai (Pemda Dogiyai) di Moanemani
ini pergi membeli Silet di Kios yang
berdekatan dekan Jembatan Kali Tuka karena Jhon Pigome hendak mencukur kumis
sebab polisi melarang berkumis panjang. Seketika Jhon pulang ke Rumah, Jhon
menjadi sasaran sweeping hingga kedapatan silet yang isi di dalam kantung
plastic, akhirnya silet tersebut diambil polisi.
Kasus 2
Hari dan tanggal yang sama dengan kasus 1 Tepat Jam 09:00 WPB seorang
Staf Honorer di Sekretariat Daerah Bagian Umum yang bernama Yohanes Degei pergi
ke Kantor, ditengah jalan tepat dikampung Ekimani Mobil dari belakang melambung
dan sengkol Yoahanes Degei. Kemudian Yohanes Degei mengejar mobil itu sampai di
gunung Odedimi Sopir tersebut Menodong Senjata dari dalam Mobil akhirnya
Yohanes menyerahkan diri sambil membuka baju yang dia kenakan tetapi sopir yang
pakai pakaian biasa dengan mengunakan mobil Avansa dengan Nomor Seri DS 7272 KB
plat kuning itu tetap todong dengan senjata lalu dia melarikan diri ke Polsek
Moanemani. Kemudian Yohanes Degei juga kejar Mobildari belakang sampai di
Polsek Moanemani lalu dia melaporkan ke pihakPolsek tetapi
Kapolsek Moanemani Mardi
Marpaung, S.Sos menjawab
tidak papa iniAnggota Polsek Moanemani jadi.
- Tanggal 20 Desember 2016
Pemuda Asli Dogiyai yang bernama Antonius Dogomo, S.Sos berangkat dari
kabupatenNabire ke Kabupaten Dogiyai. Dia tiba di Dogiyai sekitar jam 13:00
WPB, sampai di Dogiyai dia memarkir motor didepan tempat menjual bensin eceran
untuk mengisi Bahan Bakar Minyak (Bensin) kedalam motor. Dalam waktu yang
bersamaan Tim Gabungan GOMPRA ini memukul pemuda yang sedang mau belanja di
Kios karena dianggap bermiras. Lalu Antonius Dogomo, S. Sos melihat Polisi
memukul Pemuda tersebut lalu Pihak Anggota Tim Gabungan GOMPRA datang memukul
Antonius lagi dan disuruh naik dalam Mobil Sabhara selanjutnya lari ke Polsek
Moanemani. Dari Polsek Moanemani dia disiksa dan dianiaya benar sampak Kepala
dipenuhi dengan lumuran darah hingga besok siang dikeluarkan dalam kondisi
kesehatan yang lembut dan lemas.
- Tanggal 23 Desember 2016
Di Pasar Moanemani pada tanggal 23 Desember 2016 ada dua anggota
BrigadirMobil (Brimob) dari
Kesatuan Tim Gabungan
GOMPRA dalam keadaaan
minum Minuman Keras (Miras) mereka mengusir masyarakat yang sedang
berkeliaran di Pasar Moanemani dan Masyarakat yang sedang membeli kupon Toto
Gelap (Togel) lalu sala satu Masyarakat yang bernama Melkias Dogomo (33)
menjadi dapat sasaran pemukulan dari kedua anggota Brimob hingga disuruh Popor
Senjatanya dicium dan Mimis. Korban Melkias
Dogomo sempat mau
membawa ke Polsek
Moanemani tetapi Masyarakat merontak dan berhasil membawa ke
Rumahnya korban. Sesampainya dirumah Korban diperiksa oleh Dokter dan Mantri
tetapi keluhannya tidak terlihat sampai hari kedua baru keluhannya terlihat
setelah 2 hari kemudian lalu Kepala ditutup dengan darah kotor, Mulut penuh
dengan busa. Korban mulai jatuh sakit hingga 14 hari kemudian 07 Januari 2017
Korban meninggal di Rumah Mauwa Distrik Kamuu Kabupaten Dogiyai.
- Tanggal 24 Desember 2016
e. Bulan Januari 2017
- Tanggal 10 Januari 2017
Hari Selasa Tanggal 10 Januari 2017, Pemuda dari Kabupaten Deiyai
bernama Otis Pekei yang hendak ke Kabupaten Nabire menggunakan Sepeda Motor.
Setibanya di Dogiyai Pemuda itu diperiksa dan kedapatan Pisau lalu Pemuda itu
memberitahukan kepada Polisi dan Brimod ini hanya jaga diri karena saya turun
ke Nabire menggunakan kendaraan Motor. Kemudian Tim Gabungan Memukul Babak
Belur sampai membawa ke POLSEK Moanemani hingga Sore Jam 15:00 WPB dipulangkan
ke Rumah. Setibanya di Rumah Korban Jam 16:00 WPB Pemuda Pekei itu langsung
Meninggal.
- Tanggal 11 Januari 2017
Hari Rabu 11 Januari 2017 tepat 11:35 WIT di Depan Bandar Udara
Moanemani, PemudaDogiyai dari Wilayah Mapia atas nama Benediktus Magai (24)
saat menunggu jadwal penerbangan ke Timika ada seorang yang lewat dalam keadaan
mabuk lalu anggota Angkatan Udara bertugas di Bandar Udara memukul pemabuk itu
dan Benediktus Magai mulai
mendekati orang mabuk
tersebut akhirnya Benediktus
Magai juga dapat
pukul hingga Mukanya pecah,
Dadanya bengkak hingga
dipulangkan ke Rumah
Korban di Mapia.
- Tanggal 20 Januari 2017
Dogiyai_Jumat 20 Januari 2017 Nolaskus Douw (34) Sekretaris Kampung
Yotapuga(Sekam Yotapuga) Distrik Kamuu Timur Mengendarai Motor di depan Rumah
Sakit dekat Kali Tuka lalu dari belakang Mobil Avansa Abu Abu yang digunakan
sebagai Mobil Penumpang atau angkutan umum Jurusan Nabire-Enarotali dan
sebaliknya menyengkol Sekam Yotapuga dan Sekam Jatuh ditempat sedangkan
Sopirnya melarikan diri ke Kantor Kepolisian Sektor Moanemani (Polsek
Moaneani). Kemudian Sekam Yotapuga bangun dan
kejar dari belakang
sampai ke Polsek
Moanemani lalu Sekam
Yotapuga menyampaikan kepada pihak Polisi bahwa “Tolong Nasehati Pak
sopir ini agar kedepan Jangan Mengedarai Mobil dengan kecepatan tinggi ditengah
pasar dan jangan sengaja menyengkol orang” lalu Polisi menanggapi Iya Pak Sekam
kami akan beritahu dia. Setelah itu Pak Sekam Yotapuga bergegas diri untuk
pulang begini Pihak Polisi Memukul dan Menahan Masuk dalam Tahanan Seorang
Mahasiswa UNIPA 2 di Sorong yang bernama Ferdinand Tebai (19) sambil memukul
pakai balok 5x5 mereka menyatakan “Kamu yang Kemarin memegang Tali Komando di
Depan to saat Aksi tentang Sweeping” Lalu Sekam Yotapuga balik menanyakan kamu
kenapa memukul dan menahan saya punya anak mahasiswa lalu para Anggota Polsek
Moanemani memukul Pak Sekam Yotapuga juga.
Setelah itu Para Rombongan Pemuda Asli Dogiyai dibawah Pimpinan
Rohaniwan Katolik atau Tim Pastoral Paroki Sta. Maria Ratu Rosari Idakebo
Diakon Aleks Pigai datang menanyakan Polisi kenapa Kapolsek dan Anggota Polsek
Menahan Mahasiswa dan Sekam Yotapuga begini langsung Polisi mengeluarkan Peluru
berturut turut dan anggota Polsek Moanemani Memukul Diakon Aleks Pigai dan
Desederius Goo lalu memasukan mereka dua kedalam tahanan polsek juga.
Sementara
Pemuda yang lain juga ikut dipukul polisi.
Dari pemukulan polisi
menggunakan Popor Senjata
dan Balok 5x5
membuatDesederius Goo (24) Kepala dan Dadanya Bengkak Besar, Pelipis
Mata telah robek. Sementara Diakon Aleks Pigai Pelipis Mata pecah dan Punggung
bercak berdarah; lalu Sekam Yotapuga Bibinya Pecah dan Ferdinand Tebai Mukanya
penuh dengan lumuran darah karena disamping kanan Pelipis Matanya
robek.Sementara Pemuda Asli
Dogiyai lain yang
dapat pukul dihalaman
PolsekMoanemani adalah Oktopianus Goo kena Tangan Kanan terkikis saat
dia menangkis Balok5x5 yang anggota Polsek memukul,
f. Bulan Februari 2017
4. Upaya Upaya Kepala
Kepolisian Resort Kota Nabire dalam Mengelabuhi Fakta Ekstra
Sweeping di Dogiyai. Sweeping
sudah berjalan selama
5 bulan di Dogiyai,
Ekstra Sweeping membuatMasyarakat Dogiyai menjadi resah dalam
hidupnya. Masyarakat Dogiyai menjadi resah dalam hidup karena tindakan dalam
sweeping melebihi batas standar sweeping. Sweeping yang harusnya dilakukan adalah sweeping SIM
STNK oleh Polantas dan penertiban PILKADA Dogiyai. Tindakan Sweeping yang
berlebihan terus terjadi di Dogiyai sehingga Harta Kekayaan, Uang dan Manusia
sampai Korban Nyawa sedang terjadi di kabupaten Dogiyai.
Kendati demikian, Polisi melalui Polres Nabire tidak tinggal diam untuk
mengelabuhi atau menyembunyikan segala fakta yang sedang terjadi di kabupaten
Dogiyai. Upaya Upaya yang mereka lakukan untuk mengalihkan isu adalah sebagai
berikut:
a. Pemberian Informasi Tidak
Benar di Media oleh Kapolres Nabire
Berita yang dinaikan oleh Kapolres Nabire AKBP Semmy Thabaa di website
online nabire.net.com pada tanggal 16 Januari 2017 bahwa Razia Sweeping di
Dogiyai adalah Tugas Pokok dari TNI dan POLRI maka akan dijalankan demi
Kamtibmas maka sweeping tetap akan berjalan sampai PILKADA Dogiyai berakhir
pada Sweeping di Dogiyai terlalu lewat batas. Sedangkan dalam media
antaranews.com (Antara Papua) pada hari Jumat 20Januari 2017 Kapolres Nabire
AKBP Semmy Thabaa menyatakan selama bulan Desember2016 Kapolres Nabire sempat
menunjukkan Bukti Sweepingnya di Dogiyai telah berhasil mengumpulkan 1222
Senjata dari semua Ukuran dan Jenis Senjata. Sementara dalam website Online
milik Polisi Republik Indonesia tribatanews pada tanggal 19 Januari
2017Kapolres menyatakan di Dogiyai Sweepingnya berjalan lancar dan berhasil
mengumpulkan semua alat bukti berupa Senjata.
Semua berita Kapolres Nabire inni terbalik dari semua yang terjadi
didepan mata semua orang sehingga berita berita ini sebagai bentuk upaya
mengelabuhi semua tindakan Sweeping Tim Gabungan GOMPRA yang berlebihan sampai
masyarakat yang tak berdosa menjadi korban nyawa.
b. Kejadian Tanggal 20
Januari 2017 di Dogiyai
Kasus yang terjadi di Dogiyai Hari Jumat, 20 Januari 2017 yang
mengorbankan belasan Masyarakat korban Luka Luka dan 3 Pemuda ditahan Polsek
ini kalau kita lihat dengan mata hati yang benar untuk letak kesalahannya
berarti Kesalahan ada di Sopir Angkutan Umum dan Polisi Sendiri. Ada dua alasan
pelapor dapat menyalahkan Sopir dan pihak Polisi di Polsek Moanemani yakni: yang
pertama Sopir dengan sengaja dalam kecepatan yang tinggi menyengkol Sekam
Yotapuga lalu Sekam Jatuh Terbanting tetapi Sopirnya melarikan diri ke Polsek
Moanemani. Sopir Melarikan diri dari Kesalahan yang ada. Sedangkan Anggota
Polsek bersalah karena Polisi mengangkat dendam masalah Aksi Sweeping yang
Rakyat Dogiyai melakukan Demontrasi Damai di Kantor DPRD Dogiyai sementara
kasusnya berbeda dengan Persengkolan yang dilakukan oleh Sopir Angkutan Umum
Paniai-Nabire di Moanemani.
5. Penutup
Demikian Laporan
dari kami sejak awal bulan September 2016 sampai Bulan Januari2017, semoga
laporan ini akan berguna untuk kita semua sekian dan terima kasih.
Sumber: Kabar Mapegaa
Sumber: Kabar Mapegaa



0 comments:
Post a Comment