Sudah lama ini tidak menyapa, tak sabar lagi untuk menyapa anggota Ipmanapandode Joglo, kami harap kalian baik-baik saja. Masih semangat to? Walau masalah datang silih berganti, yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Sebab belum tentu masalah satu orang sama dengan masalah orang lain. Itulah nasib hidup anak rantau. Kah atau? Hehhehe. Tapi jangan takut, tiap masalah pasti ada solusinya, bahkan solusinya kerap kali akan kita temukan di sekitar kita, tidak jauh dari masalah tersebut, asal kita mau lebih sabar, telaten dan cermat membedah masalah tersebut.
Sementara itu, masalah yang paling besar kita hadapi saat ini adalah sejauh mana kesiapan kita untuk menyukseskan kegiatan Natal, Seminar dan Tahun Baru Ipmanapandode se-Jawa Bali. Mengapa kami menyebutnya masalah? Tentu bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah adalah tentang keadaan yang belum selesai dengan yang diharapkan, situasi yang terus membingungkan karena tidak ada jalan keluar. Bukannya tidak percaya kepada anggota, tetapi kerap kali kita salah mengarahkan telinga untuk menerima setiap masukan. Salahnya lagi, kita kadang mengiyakan sebelum menganalisa terlebih dahulu. Kita terima menta-menta tanpa menggunakan akal sehat.
Dalam hal seperti itu, tidak ada yang salah, juga tidak ada yang benar. Karena yang membedakan hanya situasi dan kondisi (Sikon) hehehe. Masalah biasanya disadari “ada” saat seseorag individu menyadari keadaan yang ia hadapi tidak sesuai dengan keadaan yang diinginkan, itu sudah masalah.
Kalau menurut Mba Google, masalah (bahasa Inggris: problem) didefinisikan sebagai suatu pernyataan tentang keadaan yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Bisa jadi kata yang digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan.Tetapi kembali lagi, ke awal, tiap masalah pasti ada solusinya.
Ini ada satu cerita dari sebuah buku, yang ditulis oleh Ary Cahya. Kami melihat cerita ini bagus untuk dibagikan. Begini ceritanya:
Gagal Melihat yang Jelas
Ketika tidak dibutuhkan, dia ada dimana-mana. Tapi saat dibutuhkan, tiba-tiba dia tidak ada di mana-mana. Pernah mengalami hal tersebut terhadap benda-benda tertentu? Taxi misalnya. Ketika kita membawa kendaran sendiri, kita lihat taxi di mana-mana. Tapi, saat kita tidak punya kendaraan dan ingin menumpang taxi, mencari taxi susah sekali. Benda-benda lain, biasanya gunting, pulpen, korek api, atau juga nota. Tapi, benarkah benda-benda itu segaja “menghilang” saat kita membutuhkannya? Tentu tidak. Kerap kali, karena kita sedang terburu-buru, maka benda-benda itu terasa sulit ditemukan.
Ada orang yang sepanjang waktunya dan seluruh energinya digunakan untuk mencari uang dan uang. Namun, ia sepertinya tetap saja hidup pas-pasan. Sementara itu, ada orang lain yang mesti sama-sama bekerja keras, tetapi masih punya waktu untuk keluarga, hiburan, dan melakukan hal lain. Anehnya orang kedua ini justru lebih kaya dari orang pertama. Itulah fakta kehidupan. Mengapa hal demikian bisa terjadi? Sama seperti barang seolah sembunyi saat kita buru-buru, berkat dan cita-cita juga bisa terasa begitu sulit diraih karena kita terlalu kuatir saat mengejarnya. karena kuatir, kita kemudian bisa mengorbankan hal-hal yang sebenarnya lebih penting dari sekedar harta atau cita-cita tersebut. Ini termasuk mengorbannkan hubungan dan ketaatan.
Demikian cerita singkat yang sangat bermanfaat ini. Oh ya, jangan salah, Ary Cahya adalah penulis tetap di Renungan Spirit, Spirit Motivator, Spirit for Woman, dan Spirit Next. Saat ini, beliau tinggal di Solo, Jawa Tengah.
Coba kita renungkan sesaat kemudian kita samakan cerita tersebut dalam kehidupan organisasi kita. “Ketika tidak dibutuhkan, dia ada dimana-mana. Tapi saat dibutuhkan, tiba-tiba dia tidak ada di mana-mana” Saat pertemuan bahas kepentingan bersama, sedikit saja yang datang mengikuti rapat, tetapi saat Pemerintah membawa uang, yang kita sebut Dana Tugas Akhir, semua anggota hadir. Bahkan di database pun penuh dengan nama-nama baru. Tanpa kita sadari, sebenarnya uang datang karena ada organisasi. Terus, kemana mereka saat setiap kegiatan yang dilakukan oleh organisasi, baik tiap minggu, tiap bulan bahkan tiap tahun. Kalau dijabarkan, masih banyak lagi, tetapi kali ini, coba teman-teman renungkan sendiri.
*BPH Ipmanapandode Joglo
0 comments:
Post a Comment