Puisi-Puisi Norbertus Dogomo

Salah satu kebanggaan terhadap Ipmanapandode Joglo dengan hadirnya  puisi -puisi karya Norbertus Dogomo yang juga sebagai anggota aktif dalam organisasi ini sehingga kami mengumpulkan semua karya-karyanya yang posting di fb dan blog pribadinya kemudian kembali kami tayangkan ulang lewat blog milik organisasi.

Berikut adalah puisi-puisi Norebrtus Dogomo:

Norbetus Dogomo. Ist.

1.       Kembalilah kawan
Karya : Bertus Dogomo

Kau dan aku...
Dulunya sama...
Bermain bersama...
Suka suram bersama...
Hingga sehari pun mamapu kita telan bersama...

Kini waktu berlalu...
Kau dan aku tak lagi bersama...
Apalagi untuk bermain pun tak bisa...

Kau berjalan dengan ideologimu...
Merasa diri tiada tertanding...
Merasa diri tiada kekurangan...

Aku yang dulunya teman...
Kini menjadi lawan....

Kau berada dalam system yang terkordinasi...
Sytem dimana penindasan dilahirkan...
System dimana penghianatan terus dipelihara....
Sedangkan aku, kau anggap sampah dan tiada arti...

Kawan...
Sekejih ini kau padaku...
Tidakka kau ingat masa waktu itu...
Dimana kau dan aku menelan hari-hari dengan bermain....

Kawan...
Kembalilah pada garis yang benar...
Bersma kita akan lebih indah...
Bersama kita akan lebih kuat...
Bersama kita mampu hancurkan tembok penindasan...

Jogja, 28 Maret 2018
--------------------------------------------

2.       Penindasan Sesama

Karya : Bertus Dogomo

Goresan penindasan...
Rakyat bersuara, hidup ditindas...
Rakyat beraksi, pemimpin tutup mata..

Rakyat masih hidup...
Ya..kami masi ada...
Kami masi disini...
Dan kami akan tetap disini...

Pemimpin membisu...
Ya...kami mono...
Kami tuli...
Dan kami akan tetap buta...

Apa yang terjadi...
Rakyat menangisi nasib...
Pemimpin menari-nari...
Rakyat meminta keadilan...
Pemimpin masi saja bernyanyi-nyanyi...

Ini zaman penjajahan apa zaman revolusi...?
Dulunya ditindas bersama...
Sekarang ditindas sesama...

Aneh tapi nyata...
Negri yang bebas merdeka...
Masih saja ditindas oleh penindas...
Masih saja dirampas hak merdeka...

Jogja, 28 Maret 2018
-------------------------------------------------------

3.       Pahlawan takterlihat

(Petaniku pahlawanku)

Karya : Bertus Dogomo

Terik panas memabakar kulit...
Mengalirkan cucuran deras keringat...
Tiada lelah dalam panas...
Panas yang membara...
Seakan neraka bocor...

Mulut yang terdiam kelam...
Mata yang menantikan cerah hidup...
Keseharian hidup bersama polutan...

Selalu berjuang dalam suram...
Tanpa patahan sejati hidup...
Tanpa patahan irih hati...

Kau adalah pahlawanku
Yang selalu membanting tulang
...
Yang selalu memeras keringat...
Yang selalu habiskan waktu bersama ladang, kebun, dan sawa...

Tak terlihat pengorbananmu...
Namun besarlah pengorbanmu...

Wahai pahlawanku...
Kau menghidupkan yang hidup...
Bahkan yang rakus pun kau masi berbelas hati....
Sungguh mulia pengorbananmu...

Pahlawaku...
Tiada kau, apa arti mereka...

Jogja, 27, maret 2018
---------------------------------------------------------------

4.       Kami Menantimu
Karya : Norbertus Dogomo

Mengenalmu sesaat hanya menghadirkan rindu
Kami berteman rindu dan sunyi tanpamu
Mengapa harus kami mengenalmu
Jika hanya kata ini yang mampu dikau sandarkan

Sehaari pun tak ingin kau pergi
Kami lemah, bila harus berkata
kami letih, bila tanpa motifasimu
kami seakan perlahan membisu
apaka ini yang ditinggalkan untuk kami…?

Kami sadar dikau pergi karna tugas
Kami sadar dika pergi karna tanggung jawab
Tapi apa yang akan kami alami tanpamu..?
Semua hanya kematian perlahan belaka

Jika hari dapat mendengarkan
Kami ingin tak ada pertemuan antara kita
Tak ada lagi luka hati untuk kepergian
Abang kami menyesal perna mengenalmu
Maaf ini hanyalah kekesalan hati kami

Dikau pergi bersama mimpi kami
Dikau tinggalkan kami karna pekerjaan
Bersama semua mimpi dan pekerjaan
Dikau harus berjuang dan berkorban
Ini adalah pengalaman sejatimu
Kami menanti dikau di Sudut Kota Tua Ini

Jogja, 2 Agustus 2017
-------------------------------------------------------------

5.       Kawan Hidup ini Cuma Sekali
Karya : Norbertus Dogomo

Kawan…
Sudah lama kita hidup dalam dengki…
Hidup dalam kekerasan…
Bahkan hidup dalam pembunuhan…

Kawan…
Ini bukan kebudayaan kami…
Ini buakan warisan leluhur…
Ini bukan pemberian orang tua yang baik…
Ini bukan cirri pergaulan hidup yang indah…

Kawan…
Tidakka kau melihat haari berjalan…
Kita seakan lupa dengan waktu…
Bahkan untuk seminggu pun kita lupa…
Lupa untuk mengucap syukur pada waktu…
Mengucap syukur pada nafas…
Mengucap syukur pada berkat…
Dan pada diri kita sendiri…

Kita seakan lupa dengan hidup…
Hidup yang memberikan kita kesemptan…
Hidup yang memeri kita perjuangan sejati…
Hidup yang sseharusnya menghidupi sesama…

Apakah kita perna mengucap syukur pada bumi…
Yang memberi kita makanan…
Yang member kita tempat…
Yang memeri kita air…

Pernahka kita mengucap syukur pada cakrawala…
Yang memberi kita siang dan malam…
Yang memberi kehidupan bagi yang hidup…
Yang memberi kita panas dan dingin…
Yang memeri kita hujan dan kemarau…

Kawan…
Perjalanan kita cuma sekejab…
Tutplah mata untu keegoisan…
Buanglah rasa dendam…
Marilah berjalan dalam kasi sayang…
Berjalam dalam cinta…
Dan bersma menembus hidup yang baru..

Jogja, 19 February 2018
-------------------------------------------------

6.    Nyata adalah Hidup
Karya : Norbertus Dogomo

Hidup adalah perjalanan
Ada waktu kita jatu
Ada waktu kita bangkit
Ada waktu kita suka
Ada waktu kita duka
Ada waktu kita lahir
Dan ada waktu kita meninggal
Ini adalah kenyataan
Nyata….
Ia adalah hidup….
Ia selalu bersama…
Ia seperti setiap langka
Ia seperti setiap pikiran
Tak bias dipisakan dari diri
Bahkan tak mungkin dihindar
Nyata…
Ia adalah kehidupan
Kehidupan tersembunyi dalam jiwa
Ia selalu hadir dalam setiap waktu
Bahkan ia ada saat kita ada
Tak disangka…
Nyata begitu dilupakan dengan duniawi
Nya dilupakan oleh permusuhan
Nyata dilupakan oleh egois
Nyata seakan tiada didalam insane
Sahabat…
Nyata adalah hidup
Hidup yang perlu kita hadapi
Hidup yang perlu dipercayai
Hidup yang perlu dipahami
Hidup yang perlu hidupi
hidup adalah kenyataan,
untuk menuju kenyataan yang abadi

Jogja, 19 Februari 2018
---------------------------------------------------------------------

7.       Aku akan Menanti-mu
Oleh: Norbertus Dogomo

Bekas ini masih ada
Dan akan selalu ada
Ia menggoyakan dada
Saat aku duduk di beranda

Waktu yang beranjak ini ku nikmati
Walau setiap harinya perlahan jiwaku mati
Dan juga hidupku pun kian tak berarti
Namun aku tetap menanti

Di ujung pendidikan ini aku menunggu
Aku menantimu dengan tegu
Saat-saat dikau datang sembari berlagu
Aku harap dikau melepaskan kerinduan yang belenggu

Maafkan aku…..
Maafkan salahku……
Maafkan kebanyakan permintaanku…..
Dan jika ini tak berguna, aku kalah, aku harus mengaku

Hanya ini permintaan hati ini
Aku bermimpi dikau datang
Menjumpaiku di ujung pendidikan
Dan kan ku katakana sebuah rasa
“Tolong jagalah cinta ini sampai di ujung hidup”

Nabire, 31 April 2017
-----------------------------------------------------------------

8.       Aku Relah...

Karya : Bertus Dogomo

Malam oh..malam...
Dimana kau senandukan kekasihku...
Tiada kata dalam rasa sunyi...
Tiada pelukan dalam dingin...

Kelam berteman diri...
Sunyi berteman malam...
Sendiri dan sepi...
Tiada desa-desu bisik...

Malam menghantui...
Kenangan terbayang...
Seakan tak peduli dengan hati..
Bahkan semakin menyiksa...

Oh...kekasih....
Jika malam ini...
Jika saat ini...
Maka silahkan....
Siksalah diri ini...

Aku relah...
Bukan karna lemah...
Bukan pula karna cengenng...
Namun aku relah...
Untuk dikau bahagia...

Jogja, 10 Maret 2018.
------------------------------------------------------------------

9.       Negri tak bertuan

Untuk malam yang panjang...
nyanyikan lagu malam tiada ku dengar...
Tarian yang indah mempesona tak kujumpa...

Sunyi...
Malam terasa panjang...
Siang terasa malam...
Seakan tiada beda siang dan malam..

Jalan yang ditapaki...
Berjejak dalam gelap...
Mencari yang tak pasti...
Meraba yang tak terlihat...

Oh negeriku....
Yang hidup dalam malam..
Yang hidup dalam siang....
Seakan beranda tak berpenghuni...
Diam dan membisu...

Bisikian malam tiada terdengar...
Tiupan angin pun tiada terasa...
Negriku seakan tak berpenghuni...
Negriku seakan terbisu...

Aku sedih....
Negri yang memiliki sejuta hasil tanah...
Negri yang memiliki sejuta hasil hutan...
Negeri yang dulunya dipuji-puji...

Seakan tiada penghuni...
Seakan tiada desa-desu bisik...
Seakan tiada pemilik...

Dinegri yang tak bertuan...
Aku sedih...

Jogja, 24 Maret 2018
-------------------------------------------------------------

Harapan kami, semoga pelajar dan mahasiswa yang tergabung dalam Ipmanapandode Joglo terus menggali potensi yang dimiliki dalam hal menulis. Tetap semangat, tetap berkarya. Semoga bermanfaat


Share on Google Plus

About Ipmanapandode Joglo

IPMANAPANDODE JOG-LO adalah Organisasi Pelajar dan Mahasiswa Nabire,Paniai,Dogiyai dan Deiyai di Yogyakarta dan Solo.

0 comments:

Post a Comment